Rabu, 25 Desember 2013

Indonesia Mendongeng 2013

Berikut ini moment-moment kegiatan Silaturahim Akbar Santri TPQ se-Nusantara "Indonesia Mendongeng" yang dilaksanakan serentak di 13 Kota se-Indonesia. Di Pekanbaru dilaksanakan di ruang serbaguna FKIP Universitas dengan menghadirkan sekitar 100 anak-anak yang terdiri dari anak asuh Rumah Zakat, panti asuhan, dan umum. Dengan pendongeng kak Tono yang merupakan pengajar di SD Al Fityah Pekanbaru.


 Koordinator Relawan memberikan sambutan
Penampilan Deklamasi Puisi












Kak tono sedang beraksi dengan senam alhamdulillah.











Kak Tono memberikan kesempatan anak-anak menyampaikan pesan-pesan dari dongeng.











Program Head memberikan door prize kepada salah satu peserta.











Peserta bersama panitia berphoto bersama.












Ini dia pejuang-pejuang di balik layar Indonesia Mendongeng di Kota Pekanbaru.

Minggu, 01 Desember 2013

Diksar Relawan RZ 2013, Penyemangatku Berkontribusi


Rumah Zakat merupakan sebuah Lembaga Amil Zakat Nasional yang kini keberadaannya semakin dirasakan manfaatnya oleh banyak orang terutama mustahiq zakat semenjak dirintis pada tahun 1997. Dalam menjalankan amanah dari para donator, lembaga ini dibantu oleh tenaga-tenaga ahli ataupun sering disebut sebagai amil zakat (pengelole zakat). Selain terdapat amil zakat, Lembaga ini juga memiliki tenaga Relawan yang dikelola secara professional yang tahun ini telah disahkan sebagai organisasi kerelawanan Nasional (Komite Relawan Nasional) atau lebih dikenal sebutan Relawan Rumah Zakat.
Keberjalanan organisasi kerelawanan ini telah melalui jalan panjang dan sempat berganti nama menjadi Relawan Siaga Nusantara. Saya mengenal organisasi kerelawanan ini semenjak tahun 2010 yang pada saat itu mengetahui informasi open recruitment melalui pamflet yang ditempel di sebuah mading kampus. Selain itu, ternyata salah seorang senior di kampus yang juga merupakan relawan rumah zakat memberikan info lebih jelas mengenani Relawan rumah Zakat ini. Setelah dipikir-pikir dan dipertimbangkan dengan seksama, maka sayapun mendaftarkan diri dengan terlebih dahulu mengisi formulir. Dan sampai pada tahapan wawancara oleh Koordinator Relawan saat itu yang dikenal dengan sapaan bang Arul. Dalam wawancara tersebut intinya ditanyai kesanggupan saya dalam menjalani rutinitas kegiatan kerelawanan ini dengan tantangan kesibukan amanah saya pada saat itu di kampus. Akhirnya sayapun memutuskan untuk menyanggupi dan bergabunglah dengan organisasi Relawan Rumah Zakat.
Agenda perdana yang saya ikuti yakni penyaluran program ramadhan Rumah Zakat yakni berbagi buka puasa pada tahun 2010 (1431 H). Ada perasaan bahagia melihat senyuman dari penerima manfaat program ramadhan ini. Dan selanjutnya sayapun diikutsertakan dalam kepanitiaan program Kemah Juara 2010. Pada saat ini rasanya saya tidak amanah dengan apa yang telah di amanahkan kepada saya. Hal ini juga berkenaan dengan bentrokya agenda dengan amanah saya di kampus. Sehingga tidak maksimal berkontribusi dalam kegiatan Kemah Juara 2010 ini.
Setahun setelah bergabung di Relawan Rumah Zakat, dapat informasi bahwasanya akan dilaksanakan Diksar Relawan Rumah Zakat. Sayapun bersemangat untuk mempertegas langkah saya menggeluti dunia kerelawanan ini. Dengan penuh semangat mempersiapkan perlengkapan yang harus dibawa dengan salah seorang sahabat saya yang saat ini telah hijrah ke pulau Jawa. Namun, kondisi yang tidak memungkinkan untuk berangkat, karena sehari sebelum keberangkatan situasi dan kondisi kampus sedang tidak kondusif pasca pemilihan presiden mahasiswa yang berujung bentrok. Hilang sudah peluang untuk mengikuti diksar di tahun 2011.
Namun tidak menyurutkan langkah kaki untuk terus berkontribusi dalam penyaluran program-program Rumah Zakat.
Di tahun ini juga saya menjadi mentor di salah satu wilayah pemberdayaan. Namun, tidak bertahan lama dikarenakan padatnya agenda-agenda di kampus sehingga sulit dalam pembagiaan waktunya. Di Tahun 2011 ini juga dilibatkan menjadi panitia Olimpiade Juara 2011. Dan Alhamdulillah peran serta saya tahun ini lebih meningkat dibandingkan Kemah Juara 2010.
Dan sejak pelaksanaan Olimpiade Juara 2011, komunikasi terputus dengan sobat Relawan Rumah Zakat Pekanbaru. Tidak pernah kembali bergabung di acara-acara ataupun kegiatan Rumah Zakat. Mungkin juga dikarenakan dengan agenda-agenda di kampus yang sangat padat. Hingga di akhir 2012 dalam pelaksanaan Kemah Juara 2012 kembali dilibatkan menjadi panitia Acara Kemah Juara 2012. Peran serta di tahun ini jauh lebih meningkat dari 2 tahun pelaksanaan sebelumnya.
Pada tahun 2013 ini kembali aktif berkomunikasi dengan Relawan Rumah Zakat yang ternyata telah terjadi pergantian coordinator. Dan kebetulan koordinator relawan Rumah Zakat Pekanbaru saat ini juga aktif di salah satu organisasi di Kampus yang saya juga aktif disana. Diawali dengan tawaran menjadi Guru pembimbing siswa-siswi SMP Juara dalam math club sebagai sarana persiapan mengikuti beragam olimpiade matematika. Dan pada pertengahan tahun dengan agenda program Senyum Ramadhan yang sebulan penuh saya berkontribusi dalam penyaluran program Ramadhan. Selain itu juga aktif mengikuti agenda-agenda relawan lainnya. Hingga berita gembirapun tiba, yakni di tahun ini akan dilaksanakan Diksar Relawan 2013. Sungguh ini adalah kesempatan kedua yang tidak boleh disia-siakan.
Pra Diksar Relawan 2013
Kesempatan emas untuk mengokohkan kaki di organisasi Relawan Rumah Zakat ini harus dihadapi dengan semangat. Dimulai dari pra Diksar yang dilalui dengan semangat dengan mangikuti beberapa pertemuan yang diisi dengan materi-materi kerumahzakatan dan kerelawanan. Serta juga kegiatan luar ruangan yakni long march menyusuri jalanan kota Pekanbaru dengan sobat relawan lainnya. Kegiatan ini saya lalui dengan keceriaan bersama sahabat-sahabat relawan lainnya. Walau jarak yang ditempuh sangat jauh, namun rasa lelah tak menghampiri diri. Terus melangkah bersama hingga tempat pemberhentian terakhir yakni sebuah sungai di kawasan Kulim. Saya bersama sahabat lainnya pun dengan penuh semangat dan keceriaan juga menyusuri sungai yang lumayan dalam dan berarus. Air yang berwarna cokelat dengan tumpukan sampah dipinggiran sungai tak menjadi penghambat ataupun pemutus asa saya dan relawan lainnya. Kami saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan akhir yakni kembali ke rumah dengan selamat. Kebahagiaan yang luar biasa dirasakan saat sampai diperhentian terakhir. Walau dalam kondisi kelelahan, kamipun bergegas menuju mesjid terdekat karena tak terasa waktu maghrib telah tiba. Tidak terasa waktu seharian penuh dimulai pukul 06.00 di RBSK (Rumah Bersalin Sehat Keluarga) hingga maghribpun menjelang.
Sehari setelah pelaksanaan pra Diksar yang sangat menguras tenaga, terdengar cerita-cerita yang menggelitik telinga, dimulai dari ada yang tidak bias berjalan, hingga jalan seperti nenek-nenek yang sudah tua renta. Walaupun begitu, tak menyurutkan langkah kaki menuju diksar relawan 2013 yang dilaksanakan di Sumatera Barat.
Seminggu menjelang keberangkatan, saya bersama sahabat Relawan Rumah Zakat Pekanbaru lainnya sering melaksanakan pertemuan untuk persiapan keberangkatan. Dimulai dari persiapan perlengkapan hingga menentukan waktu keberangkatan. Dan akhirnya disepekati waktu keberangkatan di Kamis sore. 3 hari menjelang keberangkatan saya bersama Korel sibuk melengkapi perlengkapan yang dibutuhkan. Selain perlengkapan pribadi juga membatu melengkapi perlengkapan sahabat-sahabat lainnya.
Hari Keberangkatan
Waktu keberangkatanpun tiba, saya bersama sahabat lainnya berkumpul di depan Hotel Mona Plaza, panam. Walau kondisi saat itu hujan lebat, tidak menyurutkan saya untuk hadir pada waktu yang disepakati. Walau keberangkatanpun tertunda beberapa jam karena harus menunggu semuanya hadir. Sebelum berangkat, saya bersama sahabat relawan lainnya mendapatkan wejangan dari Program Head Rumah Zakat Cabang Pekanbaru. Beliau menyampaikan tetap semangat dan selepas Diksar Kontribusinya harus lebih besar lagi. Selepas penyampaian arahan dari PH, ditutup dengan do’a dan berfoto bersama.
Kami berangkat dengan menggunakan bus. Selama perjalanan, hujan terus membasahi bumi. Dan setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 7 jam, akhirnya sampai di basecamp Relawan Rumah Zakat Padang. Disambut langsung oleh Korel Padang, dan kamipun langsung menurunkan barang bawaan dan beristirahat menjelang waktu subuh menjelang.
Long March Menuju Lokasi
Mentari pagi pun bersinar menyambut aktivitas saya bersama relawan lainnya. Di awali dengan sarapan bersama dan dilanjutkan dengan upacara pelepasan peserta Diksar Relawan 2013. Selepas upacara saya beserta peserta lainnya menaiki truk yang telah disediakan. Dan kamipun bergerak menuju lokasi diksar. Dan ternyata bus tersebut tidak mengantarkan hingga lokasi tujuan. Saya beserta sahabat relawan lainnya diperintahkan turun oleh panitia, dan kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi dengan berjalan kaki dan membawa barang bawaan pribadi.
Walau dengan beban berat di pundak, saya dan sahabat lainnya dengan langkah semangat berjalan menuju lokasi. Karena telah pemanasan saat pra diksar, sehingga tidak terasa lelahnya. Kamipun istirahat di mesjid dengan menunaikan ibadah Shalat Jum’at dan makan siang bersama. Saat makan siang bersama, sungguh berasa kebersamaannya makan bajamba dengan lauk alakadarnya. Hujanpun turun disaat menunaikan shalat Jumat, namun Alhamdulillah reda sebelum perjalanan dilanjutkan.


Menyeberangi Sungai

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami mendapat arahan agar benar-benar packing barang bawaan dikarenakan akan menyeberangi sungai. Selepas arahan, kamipun kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai di perhentian ketiga sebelum menyeberangi sungai. Seluruh peserta benar-benar memperhatikan barang bawaannya agar tidak basah sampai di lokasi. Sebelum menyeberangi sungai kamipun dibagi kelompoknya. Dan saya satu kelompok dengan Doko, Irawan, dan Hanif. Dan penyeberangan sungai dilakukan per kelompok satu per satu. Sungguh pengalaman yang luar biasa menyeberangi sungai berarus deras dengan menggunakan pegangan tali.

Akhirnya sampai juga di seberang, namun karena kelompok saya merupakan kelompok terakhir yang menyeberang, kamipun menunggu dan membantu menyeberangkan barang bawaan panitia hingga semuanya diseberangkan. Dan menuju lokasi dengan membawa barang bawaan panitia.
Karena sudah terkurasnya tenaga, mulai terasa berat langkah kaki, namun tidak menyurutkan niat untuk segera sampai di lokasi. Setiba dilokasi, suasana sudah gelap dan waktu maghrib pun tiba. Kami segera melaksanakan shalat dan selepas itu diperintahkan untuk membangun bivak (tempat peristirahatan). Saat membangun bivak, hujanpun mengguyur dengan derasnya. Walau hujan deras, saya bersama 2 orang teman kelompok menyelesaikan satu bivak agar dapat berteduh. Dan akhirnya bivak kamipun berdiri, namun baju sudah terlanjur basah. Untuk mengeringkan pakaian, panitiapun membuat perapian, dan kamipun mengelilingi perapian agar merasa hangat dan pakaianpun kering.
Karena sudah larut malam, akhirnya saya kembali ke bivak untuk istirahat. Namun, sebelum tidur, saya bersama Hanif memasak mi instan di bivaknya Fando. Akhirnya hangatnya mie menghangatkan kembali tubuh yang masih kedinginan. Selepas makan, sayapun kembali ke bivak untuk beristirahat.

Sarapan Nasi Gosong
Waktu subuhpun tiba, terjaga dari tidur sayapun bergegas untuk menunaikan shalat shubuh ditengah dinginnya udara di tengah hutan. Selepas shalat dan mentaripun bersinar, kami dikumpulkan panitia untuk olahraga pagi. Selepas olahraga kamipun bersiap-siap untuk menyiapkan sarapan pagi. Kami yang laik-laki berjumlah 12 orang bersama-sama memasak nasi untuk sarapan pagi dengan lauk yang telah saya bawa dari rumah. Kamipun menyantap nasi yang telah siap dimasak walau agak gosong. Canda tawa pun tak tertahankan karena nasi yang dimasak sedikit gosong, namun tetap lahap makannya.
Selepas berbenah diri, saya beserta peserta lainnya menerima materi bagaimana membangun bivak. Dan selepas menerima materi kamipun diberi waktu 1 jam untuk membuat bivak pribadi dari alam. Seluruh peserta dengan semangatnya mengumpulkan dedaunan, ranting hingga menebas pepohonan untuk bahan pembuatan bivak. Setelah 1 jam, beragam bentuk bivakpun tercipta. Walau dengan bahan-bahan dedaunan, namun dapat membuat bivak sebagai tempat peristirahatan malam harinya. Setelah selesai membangun bivak pribadi, materipun dilanjutkan dengan teknik evakuasi korban. Dan juga dibarengi dengan mempraktekkan materi yang diperoleh. Tak terasa waktu sudah menunjukkan tengah hari, dan kamipun istirahat shalat dan makan siang dengan kembali memasak nasi. Saat ingin menyantap makan siang, hujanpun kembali turun, kamipun segera memindahkan makanan yang telah dihidang ke lokasi yang teduh dari hujan. Karena memindahkan makanan tersebut, kami peserta yang laki-laki terlambat untuk berkumpul dan konsekuensinya harus melaksanakan hukuman yang telah disepakati yakni push up 10 kali. Walau baru selesai makan, kami tetap menjalankan hukuman dengan penuh semangat.
Dikarenakan kondisi hujan, maka untuk materi selanjutnya kami duduk di bawah tebing yang terlindung dari rintik hujan. Materi selanjutnya yang kami dapatkan yakni PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat). Materi yang saat berguna bagi relawan saat akan turun ke lapangan atu lokasi bencana. Materi ini sangat antusia diikuti peserta, termasuk saya pribadi yang mencoba mencontohkan teknik RGP.
Selepas materi PPGD, kamipun menerima materi survival, bagaimana menjadi survivor dan apa saja yang harus kita persiapkan dan lakukan. Serta juga diiringi dengan teknik perapian atau cara membuat api tanpa korek api. Kami dikenalkan dengan cara menggunakan bambu. Dan terakhir dikenalkan dengan dedaunan yang bisa dimakan yang dapat ditemukan di hutan. Materi ini di akhiri dengan mencari dedaunan yang telah diperlihatkan tadi.
Maghrib pun tiba, kami melaksanakan shalat dan kembali hujan mengguyur lokasi. Materi PPGD pun dilanjutkan ditengah2 hujan mengguyur dengan derasnya. Semua peserta awalnya dengan seksama mengikuti jalannya materi, namun lambat laun peserta laki-laki sudah banyak yang tertidur. Alhamdulillah panitia mengerti dengan kondisi dinginnya cuaca, kamipun disuguhkan air gula merah hangat. Tubuhpun kembali hangat.
Tidur di bawah Rintik Hujan
Usai materi, seluruh peserta diperintahkan kembali ke bivak untuk beristirahat. Berat terasa langkah menuju bivak karena kondisi hujan yang deras. Namun, tetap harus dilaksanakan mengingat kegiatan esok pagi yang padat.
Karena kondisi bivak yang miring, mengharuskan saya mengungsi di bivak peserta lainnya, dank arena banyak bivak yang basah, kamipun tidur sempit-sempitan dalam 1 bivak berempat orang. Ditengah malam, karena tidak sempurnanya bivak yang dibangun, menyebabkan bivak menampung air dan akhirnya mengguyur kami yang berada di bawahnya sehingga basahlah seluruh baju.
Muhasabah Luar Biasa
Ditengah malam, kami dibangunkan panitia dan disuruh berjalan dengan mata tertutup kami digiring ke suatu tempat di bawah rintik hujan. Kami dibaringkan di tanah, tangan dan kaki diikat ibarat sebuah jenazah. Dan terdengar suara2 ibarat suasana di alam kubur. Kami diingatkan dengan dekatnya kematian kita. Oleh karenanya perlu kesiapan diri kita menghadapi kematian yang dekat dengan kita. Benar-benar kondisi mencekam tergambar dalam diri pribadi, sesekali disirami dengan air mawar, dan kaki di timbun dengan tanah. Setelah beberapa menit muhasabah, kami disuruh bersih-bersih dan ambil wudhu untuk qiyamul lail.
Karena kedinginan, selepas qiyamul lail, kami peserta laki-laki bertahan di lokasi dengan perapian untuk mengeringkan pakaiaan dan menghangatkan tubuh hingga pagi menjelang. Selepasnya kami kembali turun ke lokasi bivak dan mempersiapak sarapan pagi.
Selepas sarapan, materi yang kami peroleh yakni teknik menangkap ular. Sungguh materi yang jarang diperoleh, akhirnya didapati di diksar ini. Sebelum ke teknik penangkapan, kami dikenalkan dengan jenis-jenis ular beserta cirri-cirinya dan bagaimana menangani korban yang terkena gigitan ular. Tak terasa waktu siang menjelang, kamipun diperintahkan untuk packing persiapan untuk turun. Setelah membawa barang bawaan ke bawah, kamipun naik kembali dan makan siang bersama.
Simulasi Penyisiran dan evakuasi
Setelah makan siang, kamipun diberi arahan untuk melaksanakan simulasi penyisiran pencarian korban dan mengevakuasinya. Kamipun dibagi kelompok dan melaksanakan penyisiran dengan cirri-ciri korban yang telah disebutkan. Akhirnya kami menemukan korban yang dimaksud, dan langsung mengevakuasi dengan tandu dari sungai ke darat. Luar biasa kompaknya relawan dalam melaksanakan simulasi ini. Kami menandu korban hingga pinggiran sungai untuk penyeberangan.
Penyeberangan sungai kali ini sungguh pengalaman yang perdana dengan menggunakan tali dan katrol. Arus sungai yang sangat deras berhasil diseberangi dengan bantuan katrol. Seluruh peserta dan panitia saling membantu dalam proses penyeberangan. Dan akhirnya semua peserta, panitia beserta barang bawaannya berhasil diseberangkan.
Pelantikan Relawan
Kamipun tiba dilokasi penyeberangan pada waktu keberangkatan. Disini kami dikumpulkan dan dilaksanakan upacara pelantikan relawan. Tak terasa waktu 3 hari dilewatkan bersama dengan tantangan cuaca yang ekstrim serta pengalaman yang luar biasa membuat rasa kebanggaan bagi saya pribadi serta sahabat relawan lainnya ketika dilantik menjadi relawan rumah zakat. Akhirnya penantian sejak 2010 mendaftarkan diri menjadi relawan dirasakan sudah pada Diksar 2013 ini. Sehingga sejak saat ini resmi sudah saya menyandang status relawan Rumah Zakat. Semoga dengan ini akan menjadi pemicu semangat untuk terus membahagiakan ummat.
Relawan…
Tetap Semangat, membahagiakan Ummat, AllahuAkbar…
 

Minggu, 13 Oktober 2013

Kakek dan Hewan Qurban Terbaik

Ada sebuah cerita yang cukup menarik tentang kambing qurban yang mudah-mudahan dapat meningkatkan semangat berkurban kita menjelang Hari Raya Idul Adha 1434 H yang sebentar lagi akan tiba. Mari kita simak bersama cerita berikut :
 
Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban. Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku, dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan. Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti, sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini tentang pengorbanan Nabi Allah Ibrahim & Nabi Ismail.
Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti. Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang, ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.
"Berapa harga kambing yang itu pak?" ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.
"Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang" kata si pedagang berpromosi matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.
"Tidak bisa turun pak?" kataku mencoba bernegosiasi.
"Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal" si pedagang bertahan.
"Satu juta lima ratus ribu ya?" aku melakukan penawaran pertama
"Maaf pak, masih jauh. " ujarnya cuek.
Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.
"Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?" kataku
"Masih belum nutup pak " ujarnya tetap cuek
"Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?" ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.
"Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri.
Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput" kata si pedagang meledek.
Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu. Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil. Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya. Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.
" Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?" kataku kemudian
" Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah" katanya
Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan harga kambing coklat Mega Super tadi. Meskipun pakaian "korpri" yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.
"Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?" katanya kagum
"Dua juta tidak kurang tidak lebih kek. " kata si pedagang setengah malas menjawab setelah melihat penampilan si kakek.
"Weleh larang men regane (mahal benar harganya)?" kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan " bisa di tawar-kan ya mas?" lanjutnya mencoba negosiasi juga.
"Cari kambing yang lain aja kek. " si pedagang terlihat semakin malas meladeni.
"Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini)
Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas. " katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.
"Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas?" lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.
Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi. Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek, kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.
"Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah" si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan
"Ora ono ongkos kirime tho...?" (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih
"Dua juta sudah termasuk ongkos kirim" si pedagang yang cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek " mau di antar ke mana mbah?" (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah)
"Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)" kata si kakek sambil menerimanya " tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya), sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman, takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti, InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu). "
Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah disepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua yang disandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari mobil milikku. Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap dikayuhnya tetap dengan semangat. Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku. Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol, sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya. Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek. Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah, rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan.
Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku yang sanggup membeli rumah dikawasan cukup bergengsi,  yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super,  yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya Yang sanggup mengkoleksi "raket" hanya untuk olah-raga seminggu sekali, Yang sanggup juga membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus. Tapi apa yang aku pikirkan? Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku yang harganya tidak lebih dari service rutin mobilku, kendaraanku di dunia fana.
Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya. Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia balikkan hati hambaMu yang tak pernah berSyukur ini ke arah orang yang pandai menSyukuri nikmatMu
[Diambil dari www.griyamelati.net]

Sabtu, 12 Oktober 2013

BUNG HATTA’S WORDS WISDOM (PART 3)



“Kaum Intelegensia Indonesia mempunyai tradisi yang baik dalam menentukan nasib bangsa. Selagi rakyat yang banyak masih berselimut dengan kegelapan, kaum terpelajarlah yang membukakan matanya bahwa ia mempunyai hak atas hidup sebagai bangsa yang merdeka”
“The Indonesian intellectuals have a good tradition in determining the fate of the nation. While most of the people are still in darkness, it is the intellectuals who open their eyes that they possess the right to live as a free nation”
(Mohammad Hatta, Tanggungjawab moril Kaum Intelegensia, 1966)

“Nasional, dalam arti membangun perekonomian rakyat…, bukan dalam arti membangun kapitalisme nasional”
“National, in developing the people’s economy…, not in terms of building national capitalism.”
(Mohammad Hatta, pidato pada peringatan sewindu PWI di Jakarta, 11 Februari 1954)

“Bagi kami orang Indonesia, nama Indonesia mempunyai arti politik dan menyatakan suatu tujuan politik… mengandung tuntutan kemerdekaan, bukan kemerdekaan Hindia Belanda, melainkan kemerdekaan Indonesia dari Indonesia (Indonesisch Indonesie)…”
“For us, Indonesians, the world “Indonesia” has a political meaning as well as a political goal… it encompasses the claim for independence, not the independence of The Netherland-Indies, but the independence of Indonesia’s Indonesia…”
(Mohammad Hatta, “Over de Naam ‘Indonesie’ (Tentang Nama Indonesia)”, De Socialist No 10, 8 Desember 1928)

“…Mari kita menjaga agar jabatan apapun juga yang kita jabat adalah untuk member contoh kepada bawahan dan agar selalu ingat kepada tugas yang kita jalankan”.
“…Let us maintain that in whatever position we have in life, we should always give an example to our subordinates and never forget the duty we have to fulfill in life”.
(Mohammad Hatta, Ceramah di Depan pejaba dan pemuka Masyarakat, Jayapura, 26 Mei 1970)

“Sekali pun ilmu tidak memutus dan politik lebih berkuasa dalam menentukan tujuan, penerangan ilmu yang tepat dan meyakinkan dapat mempengaruhi pertimbangan politik. Semakin besar kecerdasan, semakin kuat rasio terhadap emosi…”
“Science may not be the decision maker and politics has more power in stating the goals, however, proper and convincing explanation by science can influence political consideration. The greater the intelligence, the stronger the ratio has over emotion…”
(Mohammad Hatta, Pidato pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional di Malang, 6 Agustus 1958)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Aksi Solidaritas Rakyat Riau Untuk Mesir


Kebrutalan militer mesir dalam upaya membubarkan barisan massa Ikhwanul Muslimin yang menyuarakan keadilan memunculkan gelombang massa umat muslim bahkan non muslim di seluruh Dunia, tak terkecuali di Indonesia termasuk umat muslim di Provinsi Riau. Sebagai bentuk solidaritas sesama muslim, Ribuan masyarakat Provinsi Riau turun ke jalan menyuarakan keadilan bagi masyarakat Mesir pada tanggal 16 Agustus 2013. Berikut moment bersejarah dalam jepretan kamera: