Rabu, 26 Februari 2014

Relawan RZ Pekanbaru : Februari Bulan Silaturahim

Berbeda dengan kondisi sobat relawan di Kelud, Sinabung, Manado, Jabodetabek yang terjun langsung dalam tanggap bencana, Relawan RZ Pekanbaru selain menjalani rutinitas program reguler seperti GEMA BERSIHATI, Volunteer Goes To School dan Kampus relawan, di Bulan Februari ini relawan RZ Pekanbaru melakukan silaturahim ke media Tribun Pekanbaru, Kediaman Wakil Walikota Pekanbaru, dan Kantor SAR Pekanbaru. Kunjungan silaturahim ini bertujuan menjalin sinergi dalam hal menjalankan program reguler maupun dalam hal tanggap bencana nantinya. Berikut Dokumentasi Kegiatan Relawan RZ Pekanbaru di Bulan Februari:

Relawan RZ sharing program dengan Tribun Pekanbaru.










Relawan Pekanbaru menyerahkan Kenang-kenangan kepada pihak Tribun Pekanbaru.










Relawan RZ Pekanbaru bersama Bapak Ayat Cahyadi, Wakil Walikota Pekanbaru, Selepas bersilaturahim di kediaman Wakil Walikota.









Relawan RZ Pekanbaru bersama Istri Wakil Walikota Pekanbaru.










Relawan RZ Pekanbaru membersihkan mushalla Nurul Yakin Jalan Cipta Karya dalam GEMA BERSIHATI.









Relawan RZ Pekanbaru bersama ibu-ibu selepas goro mushala dalam GEMA BERSIHATI










Koordinator Relawan Pekanbaru menyerahkan Kenang-Kenangan kepada perwakilan BASARNAS Pekanbaru.









Relawan RZ Pekanbaru berfoto bersama di Depan Kantor Basarnas Pekanbaru.

Kamis, 20 Februari 2014

Guru Inspiratif

Menjadi inspirasi bagi khalayak ramai merupakan dambaan banyak orang. Baik berprofesi sebagai dokter, polisi, hakim, guru, maupun yang berprofesi petani, baik tua maupun muda. Menjadi inspirator bukan sesuatu yang sulit dan mengharuskan untuk melakukan hal-hal besar. Dengan hal-hal kecil saja kita dapat menginspirasi khalayak ramai, seperti halnya yang tersaji dalam kisah berikut.
Alkisah, ada seorang petani tua bernama Pak Danis. Suatu hari ia menanam pohon asam dan mangga di kebunnya di dekat jalan. Waktu berlalu, pohon itu dirawatnya dengan baik. Tingkah laku Pak Danis itu membuat aneh seorang saudagar yang lewat. Ia heran mengapa pohon yang baru akan berbuah dan memberikan hasil setelah bertahun-tahun lamanya ditanam oleh Pak Danis? Bukankah Pak Danis sudah tua? Mengapa tidak menanam pohon yang siap panen dalam waktu dekat saja?
Ketika saudagar ini mencoba bertanya kepada Pak Danis dengan sederetan pertanyaan di atas, lalu apa jawaban dari Pak Danis? Beliau dengan enteng menjawab, “Saya sekarang sudah ‘bau tanah’. Ketika pohon itu besar dan berbuah, mungkin saya sudah lama meninggal. Tetapi pohon itu akan tetap bermanfaat. Orang yang lewat bisa berteduh, anak-anak bisa bermain sambil memanjat dan memetik buahnya.
Ibarat mencari jarum dalam jerami, sulit sekali mencari sosok hebat seperti ini. Karena sulit, maka sangatlah istimewa orang yang memiliki prinsip hidup seperti Pak Danis ini. Orientasi hidup untuk menjadi jalan kesuksesan dan kebahagiaan bagi orang lain merupakan ciri khusus dari orang langka seperti Pak Danis.
Kisah ini menjalani apa yang disabdakan Rasulullah SAW “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Mari dari sekarang, berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Sebagai bekal kita nantinya di hari pertanggungjawaban kelak. (diambil dari kliping sebuah Koran)

Jumat, 14 Februari 2014

Di Timur Matahari Indonesia yang Kuimpikan


“Hitam kulit,,, keriting rambut... Aku Papua...”
Sebaris lirik lagu yang mengingatkan kita bahwa bangsa Indonesia, adalah bangsa yang heterogen, baik suku, ras, agama, bahkan jenis rambut dan warna kulitpun beragam dari putih luruh dan keriting hitam. Sesuai dengan semboyan kita Bhineka Tunggal Ika, walau berbeda tetapi tetap satu jua...
Aku hanya segelintir pemuda yang benar-benar peduli akan masalah kemiskinan, pendidikan, dan keragaman. Telah 68 tahun bangsa Indonesia merdeka, tetapi masih banyak masyarakat Indonesia yang belum merasakan nikmat dari kemerdekaan itu, khususnya di Timur Matahari bumi Pertiwi Indonesia...

Tahun 2014 ku awali dengan manis. Sebuah kewajibanku yang masih tertunda, akan kutuntaskan di pertengahan tahun ini. Dan alhamdulillah langkah awal yang manis telah kulalui dengan mulus di awal tahun ini. Sebuah asa yang masih menggelantung dan menjadi beban pikiran orang tua ku akan kutunaikan dan kugapai. 3 langkah lagi akan kulangkahkan kaki dan kutanamkan azzamku untuk menyegerakannya sehingga senyum simpul tersungging dari kedua orang tuaku.
Tiga tahun sudah ku berkelana ke beberapa daerah di Indonesia semenjak 2010 ketika tingkat tiga kulalui kuliah di Universitas Riau. Dengan modal prestasi dan aktif di organisasi kampus, aku berhasil menyambangi daerah-daerah di Indonesia di mulai dari pulau Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan. Masih tersisa dua pulau besar yang belum kusambangi untuk berbagi dan menjalin komunikasi dengan sahabat-sahabat disana, yakni Pulau Sulawesi dan Papua.
Di awal aku menginjakkan kaki di bangku kuliah, pernah berpikir dan memiliki impian agar dapat keliling Indonesia dari sabang sampai merauke. Dan kini telah 3 pulau besar kusambangi, tersisa dua pulau besar lagi. Di tahun terakhirku di bangku kuliah S1 ini aku azzamkan niat bahwa impianku harus ku gapai segera di tahun ini.
Telah banyak sahabat dan pengalaman luar biasa yang kuperoleh dari tiga tahun yang telah kulalui dengan penuh rintangan. Namun, masih terasa ada yang kurang saat kumelihat bentangan negeri ini yang terbentang dari Sabang-Merauke. Walau terkadang ada nada-nada bimbang yang mengatakan sangat-sangat rugi sekali diriku ini yang tak kunjung segera menyelesaikan study S1, namun aku berkeyakinan bahwa ada sesuatu yang indah tersembunyi di balik kisah ini. Karena Allah SWT Maha Pengasih dan Pemurah.
Saat ini, hari-hari kulalui dengan semangat dan niat yang kuat bahwa janjiku pada orang tua akan kulunasi dan impianku yang belum terwujud di awal kuliah lalu akan segere kuwujudkan. Sebagai seorang relawan, dengan segudang kontribusi untuk menebar manfaat bagi orang banyak, tak pernah kupinggirkan urusan akademisku. Tiga tahun sudah kulalui berorganisasi di Kampus telah mengajarkanku akan banyak hal dan bagaimana agar menyeimbangkan aktifitas akademis dan non akademis. Hal ini yang membuat hari-hari yang kulalui begitu bermakna dan selalu berusaha agar berkesan bagi orang banyak.

Tiga tahun sudah aku bergabung di dunia relawan ini. Dan tahun ini adalah tahun keempatku di dunia kerelawanan ini. Aku merasa menyesal mengapa ditahun pertama dan keduaku di dunia kerelawanan ini tidak aku maksimalkan kontribusiku. Dua tahun telah ku sia-siakan kesempatan emas untuk dapat menebar kebaikan untuk orang banyak. Menebar senyum untuk anak-anak Indonesia generasi emas penerus bangsa ini. Di tahun ketiga aku memulai untuk lebih bermanfaat untuk orang banyak. Aku merasakan nikmatnya dunia kerelawanan ini semenjak aku resmi dilantik menjadi relawan saat Diksar Relawan RZ 2013 yang lalu.
Aku berkeyakinan, impianku akan terwujud melalui dunia kerelawanan ini. Semenjak tahun lalu kudengar bahwasanya Relawan RZ dipercayai mendapat tempat dalam kegiatan Bhakesra yang ditaja oleh Kemenkokesra. Yang melaksanakan kegiatan mengarungi lautan Indonesia menuju pulau-pulau di Indonesia dan salah satu rutenya menuju Timur Indonesia. Awal memperoleh info di tahun lalu, langsung dengan respon yang cepat kudaftarkan diri untuk dapat berpartisipasi. Namun, Allah SWT berkehendak lain, aku belum diberi kesempatan untuk dapat mengikutinya. Aku berpikir, ya mungkin karena kontribusiku belum banyak dirasakan oleh orang lain.
Aku terus berkarya dan berkontribusi bagi ibu pertiwi, bagi seluruh masyarakat Indonesia agar terukir senyum di bibir mereka. Aku azzamkan dalam diriku bahwa setiap agenda kerelawanan jangan sampai terlewatkan. Sebisa mungkin dapat berkontribusi baik dengan tenaga, pikiran maupun dengan tulisanku ataupun gambar-gambar dari hasil jepretan kamera.
Dan tahun ini, ku memperoleh info banyak peluang-peluang yang dapat mewujudkan impianku. Dan salah satunya dengan program yang sama yakni Bhakesra yang rencananya akan menyambangi pulau Raja Ampat, Papua. Pikirku menerawang seketika, dan mengingat tulisan-tulisan karya inspiratif yang dituliskan sahabatku yang saat ini mengabdi untuk negeri di tanah Papua. Dengan semangat tinggi mendidik anak-anak Papua untuk dapat mengenyam dunia pendidikan. Akankah aku akan dapat menyusulnya menginjakkan kaki Di Timur  Matahari Indonesia, Tanah Papua?. Untuk dapat berkontribusi dan menebar manfaat untuk anak-anak Papua. Agar mereka dapat tersenyum seperti halnya kita di Barat ini. Karena, seperti yang kubaca dari tulisan salah satu teman yang bertemu dalam suatu forum yang memaparkan bahwasanya di Timur Matahari bumi pertiwi ini masih banyak kemiskinan yang mencekam. Masyarakat hidup bergantung dengan alam, namun alamnya berangsur-angsur mulai binasa akibat ulah tangan tak bertanggungjawab. Remajanya masih banyak yang tidak dapat membaca maupun menulis namanya sendiri. Inilah potret negeri ini, yang tidak meratanya pembangunan pendidikan. Gedung-gedung tinggi nan megah menjulang di kota-kota, sementara tak satupun gubuk pendidikan berdiri di daerah pedalaman ini. Beginilah potret tragis nasib bangsa ini, yang miskin semakin miskin yang kaya semakin kaya, yang pandai semakin pandai dan yang bodoh semakin bodoh. Kalaupun ada bangunan pendidikan, tetapi tidak disertai dengan tenaga pengajarnya, apalah arti sebuah bangunan pendidikan kalau tidak ada tenaga pengajarnya. Inilah potret pendidikan di Timur Matahari bumi pertiwi.
Hal inilah yang menjadikan sebab ketertarikanku untuk dapat menginjakkan kaki di Timur Matahari bumi pertiwi Indonesia. Sebagai Pemuda, kitalah yang memegang tanggungjawab ini untuk masa depan anak-anak generasi penerus bangsa. Kitalah yang harus banyak berbuat dan berkontribusi untuk bumi pertiwi ini. Aku mengazzamkan di dalam diri bahwasanya akulah yang akan menjadi pelita dalam kegelapan di Timur Matahari bumi pertiwi Indonesia.
Namun, semua impianku ini bukan kujadikan sebagai target utamaku dalam berkontribusi di dunia kerelawanan ini. Namun, dalam hati kecil aku berkata pada diri sendiri, kita lewati saja setiap proses yang ada. Sesuatu itu didapat sesuai dengan usaha dan kerja keras serta niat ikhlas yang telah kita lakukan. Dan aku beranggapan bahwa ketika nantinya impianku terwujud melalui dunia kerelawanan, aku berpikir bahwa inilah hadiah atau anugrah yang akan Allah SWT titipkan kepadaku melalui jalan ini. Aamiin.

Kamis, 13 Februari 2014

Kembalikan Sinar Mentari di Timur Indonesia

Kembalikan Sinar Mentari di Timur Indonesia
Goresan Pena Izzatul Yazid

Di timur matahari Indonesia
Sumber daya alam melimpah
Membentang luas dari puncak gunung
Hingga turun ke lembah
Dari atas permukaan laut
Hingga turun ke dasar lautan yang dalam
Kini,,,
Semuanya hanya tinggal kenangan
Menjadi hamparan luas tak berpenghuni
Akibat ulah tangan-tangan penjahat
Pejabat-pejabat yang tak bermartabat
Membabat semua kaum kerabat
Yang dekat mendapat berkat
Yang tak dekat kian melarat

Di timur matahari Indonesia
Gedung-gedung berdiri megah di tengah kota
Gubuk sekolah tak satupun berdiri di desa-desa
Anak-anak tak bisa membaca
Pemuda hanya bisa berkata-kata
Kaum dewasa hanya bisa berkaca
Yang renta meratapi usia senja

Wahai pemuda harapan bangsa...
Apakah kamu buta akan realita?
Apakah kamu tuli akan berita?
Apakah kamu lumpuh akan bekerja?

Akankah mentari kan bersinar di Timur Indonesia?
Harapan itu masih ada...
Terpatri di pundak-pundak para pemuda
Terbungkus dalam setiap dekapan cinta
Terngiang dalam setiap ingatan kerja
Tersusun dalam setiap alunan harmony

Wahai pemuda harapan bangsa...
Kembalikan sinar mentari di Timur Indonesia...

Rabu, 12 Februari 2014

BUNG HATTA’S WORDS WISDOM (PART 4)



“…Kaum intelegensia tidak saja harus menunjukkan tanggung jawab intelektualnya terhadap perkembangan ilmu, tetapi juga tanggung jawab moril… Kembalikah manusia dengan ilmunya menjadi makhluk yang buas, menjadi manusia biadab yang mengancam satu sama lain, mengancam kebudayaan dan peradaban?”
“…Not only that the intellectuals should show their scientific responsibility toward the development of science, but also the moral responsibility… Will it be the Man, with his science, turns to be the savage creatures, to be uncivilized people threatening each other, as well as threatening culture and civilization?”
(Mohammad Hatta, Tanggung Jawab Moril Kaum Intelegensia, 1966)

“Melarang Pemuda yang tertindas untuk melakukan politik, berarti melarang pemuda-pemuda itu untuk mengemban cita-cita kemerdekaan. Itu adalah kejahatan yang sangat berat terhadap negeri dan bangsa kami”.
“To keep the youth of an oppressed people out of politics means to deny that youth the ideals of freedom. And that is the greatest crime against our land and people”.
(Mohammad Hatta, Pidato Pembelaan di Muka Pengadilan Belanda di Den Haag, Maret 1928)

“Penahanan kami secara preventif selalu hendak dibenarkan karena yang berwenang takut bahwa kami ‘akan melarikan diri’. Melarikan diri, tuan Ketua? Kami terlalu bangga untuk mau melarikan diri! Kami berjuang untuk suatu cita-cita yang tinggi, dan melarikan diri hanya akan merugikan perjuangan kami dan cita-cita kami…”
“Our preventive detention is always justified by ‘fear of escape’. Escape, Mr President? We are too proud to flee. We fight for a high ideal and fleeing would only damage our cause…”
(Mohammad Hatta, Pidato Pembelaan di Muka Pengadilan Belanda di Den Haag, Maret 1928)

“Bukan kebangsaan-ningrat dan bukan pula kebangsaan-intelek yang dikehendaki oleh Pendidikan Nasional Indonesia, melainkan kebangsaan rakyat!”
“Neither feudal’s nationalism nor intellectual’s nationalism is the aim of the Indonesian National Educational Party, but people’s nationalism”
(Mohammad Hatta, Ke Arah Indonesia Merdeka, 1932)

“Sebagaimana Pancasila pedoman kita ke dalam untuk melaksanakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, demikian pula Pancasila menjadi obor kita dalam hal mencari kedudukan yang aman bagi Indonesia dalam lingkungan internasional”.
“As the Pancasila is our guidance in the endeavor to attain prosperity and welfare of the people, likewise the Pancasila is our guiding light in the search for a secure position in the international community”.
(Mohammad Hatta, “Pelaksanaan NKRI 5 Tahun, Pidato Radio, 17 Agustus 1950)

“Pancasila itu terdiri atas dua fondamen… fondamen moral, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa… fondamen politik, yaitu perikemanusiaan, persatuan Indonesia, demokrasi dan keadilan social… Pemerintah Negara pada hakekatnya tidak boleh menyimpang dari jalan lurus… Dengan bimbingan dasar-dasar yang tinggi dan murni itu, akan dilaksanakan tugas yang tidak dapat dikatakan ringan! Manakala kesasar sewaktu-waktu dalam perjalanan, karena kealpaan atau digoda hawa nafsu, ada terasa senantiasa desakan gaib yang membimbing kembali ke jalan yang benar”.
“In principle the government may not denate from this straight path. Through these noble and genuine guiding principles we shall implement a difficult task whenever we get lost in the way due to carelessness or greed there will always be a driven hand to reach out and guide us back to the right back”.
(Mohammad Hatta, Demokrasi Kita, 1960)

Senin, 10 Februari 2014

Juara Itu Milik Kita!!! Sekolah Juara

Alhamdulillah, sebuah ungkapan syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT yang mengantarkanku untuk selalu berkontribusi menebar senyum untuk anak-anak Juara. Tidak terasa sudah setahun lebih kebersamaan dirasa di SMP Juara Pekanbaru. Semua rasa berpadu memancarkan secercah harapan masa depan anak bangsa. Dengan fasilitas yang tersedia, dibumbui semangat kreatifitas anak-anak juara, diaduk dengan semangat juang tenaga pengajar, melahirkan sederet prestasi demi prestasi dari anak-anak juara.
            Setahun yang lalu, memperoleh tawaran membimbing olimpiade siswa-siswi SMP Juara Pekanbaru. Tanpa pikir panjang, tawaran tersebut diterima karena merupakan sebuah tantangan bagi diri sendiri dan juga demi terwujudnya cita-cita anak Juara. Kiprah saya berawal ketika membawa anak-anak dalam Olimpiade Matematika 13 se-Riau di Universitas Riau, Januari 2013. Dengan berbekal ilmu dan semangat juang, saya menghantarkan siswa-siswi SMP Juara Pekanbaru menjejaki babak perempatfinal cabang CMC. Itulah awal mula kiprah saya di SMP Juara, dan berlanjut sebulan kemudian, di kompetisi Olimpiade Matematika V di UIN Suska Riau. Namun, masih jauh harapan untuk dapat meraih hasil yang terbaik, karena hanya terhenti di penyisihan awal. Dan TIM Mading pun masih belum dapat berbicara banyak.
            Akan tetapi, pengalaman setahun yang lalu menjadi pelajaran berharga untuk dapat berbuat maksimal di tahun ini. Dengan persiapan yang lebih matang dari tahun sebelumnya, tahun ini kembali mengirimkan kesatria dan srikandi siswa-siswi Juara berkompetisi dalam ajang yang sama di Olimpiade Matematika 14 se-Riau di Universitas Riau. Dengan jumlah tim beranggotakan 9 siswa dengan mengikutsertakan ke dalam 3 jenis perlombaan (CMC, Mading, dan Puisi).
            Dengan bekal yang lebih matang, dan strategi yang cukup jitu, alhamdulillah Tim CMC melangkah hingga ke babak semifinal. Walau akhirnya terhenti di babak semifinal, setidaknya dapat menjadi pelajaran bagi siswa-siswi Juara untuk selalu siap dan percaya diri dalam setiap kompetisi. Ini adalah langkah awal menuju Juara di tahun mendatang.
            Begitu juga dengan deklamasi puisi matematika yang sudah menampilkan performa yang baik, namun juara masih belum berpihak kepada kita. Tidak demikian dengan TIM MADING, yang seminggu sebelumnya berhasil meraih Juara 3 di Olimpiade Sains Biologi, kini juga dapat menggondol piala juara 3 dalam kompetisi Mading 3D Olimpiade Matematika 14 se-Riau. Dengan bermodalkan barang-barang bekas dan beberapa bahan yang baru, dapat menghasilkan sebuah karya Mading yang dapat memberikan informasi bahwa matematika itu sangat banyak terdapat di kehidupan kita. Termasuk salah satunya di dalam Al-Qur’an dan keajaiban dunia lainnya seperti Borobudur, Piramid dan Ka’bah.

            Inilah yang menjadi penyemangat saya untuk terus mengasah dan membimbing anak-anak Juara untuk terus mengeksplorasi kreatifitasnya dengan menghasilkan karya-karya luar biasa menggapai prestasi setingi-tingginya. Karena sebuah hasil capaian berbanding lurus dengan usaha yang telah kita lakukan. Sebuah kolaborasi antara siswa dan pembimbing tentunya menghasilkan sebuah hasil yang akan maksimal. Dengan semangat pantang menyerah meraih impian menjadi jawara, tentunya akan segera terwujud.
            Teruslah berjuang menggapai impian anak-anak juara. Menanti kejutan demi kejutan prestasi siswa Juara dalam event-event yang telah menanti di depan mata. Selalu berbuat dan berkarya untuk anak-anak Juara dengan bekal ilmu dan pengalaman. Sebuah pengalaman dan kerja keras yang mengantarkan kita ke tangga juara. Karena Juara itu Milik Kita, Sekolah Juara.