Sabtu, 29 Maret 2014

PKS, Antara Kampanye dan Tamasya Politik


Tahun 2014 merupakan tahun perpolitikan bagi bangsa Indonesia, dimana pada tahun ini akan berlangsung pesta demokrasi yang hanya berlangsung dalam kurun waktu 5 tahun sekali. Indonesia sebagai negara yang kembali menggunakan sistem multipartai dalam sistem demokrasinya setelah terkubur lama pasca runtuhnya orde baru, sudah barang tentu pesta demokrasi yang saat ini berlangsung menjadi ajang partai politik dalam memperkenalkan partainya kepada masyarakat. Sistem multi partai ini menyebabkan setiap partai politik harus memiliki alat atau cara yang kreatif dalam memperkenalkan partainya kepada khalayak ramai.
Sebelum dilakukannya pemilihan nanti, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan jadwal dari proses pesta demokrasi ini. Salah satu dari beberapa tahapan pesta demokrasi yang diatur oleh KPU adalah kampanye. Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, yang dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok. Dalam sistem politik demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referendum diputuskan. Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk mengubah kebijakan di dalam suatu institusi. (Wikipedia, diakses pada tanggal 29 Maret 2014).
Sedangkan menurut Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Dengan demikian kampanye memiliki makna yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan partai politik dalam mencapai tujuan memperkenalkan visi misi yang di usungnya kepada masyarakat banyak.
Pada saat ini, sering kita lihat, dengar bahkan kita merasakan suasana kampanye politik dari beberapa partai yang saat ini bersaing memperebutkan kursi Dewan Perwakilan Rakyat baik di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi hingga di Senayan. Setelah berjalan lebih kurang 2 pekan semenjak 16 Maret yang lalu, dapat kita temui beberapa kampanye kreatif dan menyenangkan yang dilakukan oleh partai politik, namun lebih banyak ditemui kampanye yang tidak mendidik seperti yang dilakukan partai-partai politik tertentu yang menampakkan hal-hal yang berbau pornoaksi.
Dari beberapa kampanye yang dilakukan oleh partai politik, terdapat salah satu kontestan partai politik yang saat ini bertarung memperebutkan hati dan suara ratusan juta masyarakat Indonesia yang saat ini menjadi buah bibir masyarakat Indonesia dengan mengangkat atau mengusung kampanye bersih, tertib, aman dan nyaman bagi semua kalangan baik anak-anak hingga orang tua sekalipun. Partai itu yakni Partai Keadilan Sejahtera namanya yang dikenal dengan singkatan PKS.
Partai Keadilan Sejahtera menjadi salah satu partai yang berhasil mengorganisir ratusan ribu massa yang merupakan simpatisan dan kader partai pada saat kampanye perdana 16 Maret 2014 yang lalu. Dengan massa yang jumlahnya ratusan ribu, namun tetap berjalan dengan tertib dan terkendali bahkan sampahpun dapat diatasi dengan penyediaan ribuan kantung sampah. Namun, keberhasilan yang sungguh luar biasa ini tak banyak diliput media, malah yang hangat dibicarakan dengan kehadiran banyaknya anak-anak yang dilibatkan dalam kampanye. Sehingga mengundang reaksi ketua KPAI yang menyatakan PKS telah melibatkan anak-anak dalam kegiatan kampanye, padahal partai politik lainnya dalam kampanyenya juga terdapat anak-anak.
Namun, jika dilihat dari kehadiran anak-anak tersebut bukan dikarenakan dilibatkan atau diorganisir oleh partai, melainkan diikutsertakan oleh orang tuanya yang merupakan kader maupun simpatisan dari PKS. Akan tetapi disini letak perbedaan PKS dengan partai lainnya, walaupun banyak anak-anak yang hadir, PKS selalu memperhatikan keselamatan dan kenyamanan si anak dengan disediakannya tempat penitipan anak disetiap lokasi kampanye. Tempat penitipan ini juga dilengkapi dengan arena permainan dan hiburan bagi anak-anak dengan dihadirkannya badut-badut tokoh kartun yang terkenal. Sehingga dapat dikatakan kegiatan ini seperti tamasya politik bagi keluarga kader maupun simpatisan PKS. Keadaan yang aman dan tertib ini juga diakui oleh petugas keamanan yang bertugas dilapangan ketika kampanye berlangsung.
Selain nyaman buat seluruh kalangan, muatan dari kampanye juga masih menjaga norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. Hiburan yang ditampilkan lebih kepada hiburan atraktif dan kreatifitas dari kader-kader partai. Tidak seperti partai lainnya yang memanfaatkan popularitas artis untuk mengundang perhatian massa.
Inilah yang ditunjukkan PKS terhadap masyarakat Indonesia, bahwasanya kita dapat menjadi bangsa yang besar apabila masyarakatnya beradat, bermoral, dan beragama. Kampanye tamasya ini seharusnya dapat menjadi contoh bagi partai \politik lainnya, karena dengan adanya pendidikan politik santun yang disuguhkan kepada anak-anak dapat menanamkan nilai-nilai moral dan etika kedalam diri anak. Sehingga kampanye yang identik dengan orasi dan hingar bingar dapat dirubah imagenya menjadi sebuah wahana tamasya politik bagi masyarakat Indonesia.

Kamis, 27 Maret 2014

Saatnya Putihkan Indonesia


69 Tahun Indonesia Merdeka
Perjalanan Panjang sejarah
Telah melahirkan 8 Tokoh
Pemimpin Indonesia

Dengan mengedepankan Kebhinekaan
Dengan sistem multipartai
Dengan Demokrasi Pancasila
Telah banyak warna yang mewarnai Indonesia

Warna merah semerah sangkaka
Warna kuning sekuning hamparan padi
Warna Hijau sehijau Hutan Indonesia
Dan Warna Sebiru Langit Indonesia
Inilah INDONESIA

Ditengah Hiruk Pikuk Kota
Ditengah lalu lalang kendaraan
Ditengah gedung-gedung menjulang
Terhampar sebuah harapan
Menuju INDONESIA Adil dan Sejahtera

Kini, Saatnya Putihkan INDONESIA
Putih seputih awan yang meneduhkan
Putih Seputih Kapas yang melembutkan
Dan Putih Sejernih Air yang menyucikan

Dengan Cinta Kita Bersama
Dengan Kerja Kita Berkarya
Dengan Harmoni Kita Satu hati
PUTIHKAN INDONESIA
INDONESIA SEJAHTERA
Goresan Pena Izzatul Yazid

Minggu, 23 Maret 2014

Maret Penuh Warna Relawan RZ Pekanbaru

Setelah sukses dengan agenda-agenda silaturahim dan program reguler di Bulan Februari lalu, di bulan Maret ini Relawan RZ Pekanbaru kembali beraksi mewarnai aksi berbagi kepada sesama dalam beragam rangkaian kegiatan dan program yang dilakukan, di awali dengan kegiatan rutinitas TPA Mapan Juara, penyaluran bantuan kepada korban kebakaran di desa Danau Kecamatan Pelangiran Indragiri Hilir, pembagian masker ke rumah-rumah warga di sekitaran RBG, Volunteer Goes to School di Sekolah Cerdas, Kampus Relawan di RBG dengan menghadirkan Ketua FORBIS Riau, dan terakhir Kampanye GEMA BERSIHATI di Mesjid Al Hijrah. Beragam Warna-Warni Kegiatan mewarnai bulan Maret Relawan RZ Pekanbaru. Berikut jepretan kamera yang merekam jejak warna-warni kegiatan di Bulan Maret Penuh Warna:

Adik Asuh TPA Mapan Juara sedang praktek gerakan shalat.












Kak Rozy sedang memberikan contoh salah satu gerakan shalat kepada adik asuh TPA Mapan Juara.











Kordiv DR dan Korel RZ Pekanbaru sedang packing bantuan ke atas Kapal.









Kapal Relawan RZ Pekanbaru menyisiri sungai menuju Desa Danau Kec. Pelangiran INHIL untuk menyalurkan bantuan korban kebakaran lahan.








PH RZ Pekanbaru menyerahkan bantuan secara simbolis kepada kepala desa.










Relawan RZ datangi rumah warga sekitaran RBG untuk bagi-bagi masker dalam siaga bencana asap.











Relawan RZ Pekanbaru menjelaskan pemakaian masker yang benar kepada warga.










Program Head RBG bersama warga jalan nenas.












Kak Rozy sedang menginspirasi adik-adik Sekolah Cerdas untuk bercita-cita setinggi langit.









Adik-adik sekolah cerdas menempelkan kertas bertuliskan cita-cita di balon.








Proses pelepasan balon cita-cita siswa sekolah cerdas bersama relawan RZ Pekanbaru.














Keceriaan siswa-siswi sekolah cerdas bersama relawan RZ Pekanbaru.








kampus Relawan bersama Ketua Forbis Riau Ust Hendry Munief.










penyerahan secara simbolis alat-alat kebersihan kepada pengurus mesjid Al Hijrah.










Relawan RZ Pekanbaru bergotong royong membersihkan mesjid Al Hijrah.










Gerakan bayangan relawan RZ menggulung karpet mesjid.










Bersama adik-adik sekitar mesjid menanam tanaman hias.










bersama pengurus mesjid Al Hijrah selepas GEMA BERSIHATI.













Tiada kata seindah Alhamdulillah
Ungkapan Syukur kita Kepada Allah SWT
Yang telah menganugerahkan nikmatNya kepada kita
sehingga masih diberi kesempatan untuk berbagi kepada sesama

Minggu, 16 Maret 2014

ISLAMISASI PENDIDIKAN MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER

Negara Republik Indonesia tercinta ini telah medeka 68 tahun yang silam. Selama perjalanan sejak kemerdekaan, telah banyak sejarah yang tertuang baik dalam dunia politik, ekonomi, maupun dunia pendidikan. Dalam sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia, kurikulum sudah menjadi stigma negative dalam masyarakat karena seringnya berubah tetapi kualitasnya masih tetap diragukan. Kurikulum yang merupakan sarana untuk mencapai program pendidikan yang dikehendaki tidak akan berarti jika tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang diperlukan seperti sumber-sumber belajar dan mengajar yang memadai, kemampuan tenaga pengajar, metodologi yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang akan dicapai. Pelaksanaan suatu kurikulum tidak terlepas dari arah perkembangan suatu masyarakat. Perkembangan kurikulum di Indonesia pada zaman pasca kemerdekaan hingga saat ini terus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman serta terus akan mengalami penyempurnaan dalam segi muatan, pelaksanaan, dan evaluasinya.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006, hingga yang terkini kurikulum 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Jika ditelisik satu persatu dari awal hingga kurikulum terbaru saat ini, tidak berbeda jauh tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari kurikulum tersebut karena dibentuk berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Dimulai dari kurikulum 1947 yang disebut dengan Rentjana Pelajaran 1947. Kurikulum pada tahun ini masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan kurikulum yang pernah digunakan sebelumnya oleh Belanda. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini tujuannya tidak menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Begitu juga dengan kurikulum 1952 hingga kini kurikulum 2013 yang semuanya mengedepankan pendidikan moral, watak, agama sehingga membentuk pribadi-pribadi berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. Dimana pada saat ini dikenal atau digadang-gadangkan dengan pendidikan karakter (dalam modul PJJ PGSD Dikti, diakses tanggal 10 Maret 2014).

Namun, jika dilihat dan dibandingkan antara perencanaan kurikulum dan implementasi pelaksanaannya sangat jauh dari apa yang diharapkan. Bayangkan saja, jika kita bertujuan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, namun waktu yang diperuntukkan untuk menanamkan nilai-nilai akhlak dan moral hanya 4 jam pelajaran dalam seminggu. Sehingga dapat dilihat bahwasanya sistem pendidikan Indonesia masih jauh dari nilai-nilai keislaman dengan kata lain masih memisahkan antara agama dengan pendidikan yang notabenenya ilmu pengetahuan bersumber dari Al-Qur’an. Sehingga wajar saja saat ini Indonesia terkenal dengan negara terkorup di Dunia, dari kalangan pengusaha hingga pejabat negara berperilaku amoral. Pemuda bangsa terjerumus dalam pergaulan bebas, miras, dan narkoba. Hal ini sebagai bukti gagalnya sistem pendidikan Indonesia mendidik generasi bangsanya menjadi generasi bermoral dan berakhlak mulia. Selain itu juga, akhir tahun yang lalu dalam berita Waspada Online (06/12) menyatakan bahwa hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 menunjukkan sistem pendidikan Indonesia masih sangat jeblok. Dari 65 negara anggota PISA, pendidikan Indonesia berada di bawah peringkat 64. Tingkat membaca pelajar Indonesia menempati urutan ke-61 dari 65 negara anggota PISA. Indonesia hanya mengumpulkan skor membaca 396 poin. Tingkat membaca penduduk Indonesia tertinggal dari negara tetangga, Thailand (50) dan Malaysia (52). Untuk literasi matematika, pelajar Indonesia berada di peringkat 64 dengan skor 375. Adapun skor literasi sains berada di peringkat 64 dengan skor 382. Sungguh sangat miris melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini yang jauh dari harapan pembukaan UUD 1945.

Melihat kondisi sistem pendidikan Indonesia yang masih carut marut, maka perlu adanya peningkatan implementasi kurikulum yang digunakan. Yang mana pada saat ini yang digadang-gadangkan pemerintah yakni pendidikan berkarakter. Dimana satu diantara 18 nilai karakter yang ingin dibentuk yakni menjadi pribadi yang religious.

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Asapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib (Tono Hidayat, 2013).

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang penanaman nilai-nilai karakter kepada siswa didik, dengan tujuan agar menempatkan pendidikan pada posisi yang sangat mulia bagi pembentukan dan perkembangan kepribadian (Wikipedia diakses tanggal 10 Maret 2014). Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal).

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Menurut Lickona (dalam Haryanto, 2012), karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Pendidikan karakter melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan (Tono Hidayat, 2013).

Pendidikan karakter ini juga menjadi pendukung/penyokong kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.

Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain.

Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan menghormati dan sebagainya. Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik (Timothy Wibowo, 2012).

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Dengan demikian, akan tercapainya pelaksanaan pendidikan Islam yang sebagaimana dimaksud Prof. Dr. Omar Mohammad al-Toumi al-Syaibany (dalam Bukhari Umar, 2010) yang mendefinisikan pendidikan Islam dengan “Proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Dimana pendidikan Islam memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika serta menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreativitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan dalam masyarakat dan alam semesta. Selain itu, juga akan tercapainya konsep pendidikan menurut Imam Ghazali yang tertuang dalam maha karyanya, Ihya Ulumuddin yang dirangkum oleh Prof. DR. Tolhah Hasan (dalam Saiful Falah, 2011) yang menyatakan bahwa pendidikan itu merupakan sarana untuk mencapai kemuliaan dan mencerahkan jiwa. Al-Ghazali menyatakan: “Selama ilmu yang dimiliki oleh seorang itu lebih banyak dan lebih sempurna, maka seharusnya ia menjadi lebih dekat kepada Allah”.

Oleh karena itu, Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam sebuah kurikulum yang baku, diterapkan dalam metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Sementara itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Sehingga dengan pendidikan karakter ini dapat menginternalisasikan nilai-nilai keislaman di dunia Pendidikan dan dapat mewarnai setiap pribadi peserta didik. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia yang unggul dan berakhlak mulia akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.


Oleh : Al Razi Izzatul Yazid
Karya ini memperoleh Juara II dalam Lomba Menulis Essai dalam Rangka Musbar LSI Al Maidan FKIP Universitas Riau 2014 

Jumat, 14 Maret 2014

FIM : DARI RIAU UNTUK INDONESIA




Forum Indonesia Muda atau disingkat FIM telah mengepakkan sayapnya di seantero negeri Bumi Pertiwi Indonesia Tercinta yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Berhimpun Pemuda-Pemudi harapan bangsa dengan satu visi, menuju INDOENSIA EMAS 2045. Telah 10 tahun memberikan sebuah kontribusi bagi negeri tercinta ini, tak terkecuali pemuda-pemudi dari negeri melayu provinsi Riau. Berikut adalah pesan dan kesan para Pemuda Harapan bangsa dari Bumi Melayu Lancang Kuning:



AL RAZI IZZATUL YAZID – FKIP UNRI 2007 – FIM 14B
KOORDINATOR FIM REGIONAL RIAU 2013-2014
FIM itu laksana keluarga kunang-kunang yang senantiasa bersinar menyinari bumi pertiwi, karena di dalamnya terhimpun pemuda-pemudi Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang memiliki visi menuju INDONESIA EMAS 2045.












ARI APRILIS – FAPERIKA UNRI 2007 – FIM Rescue
ALUMNI ILMU KELAUTAN, UNIVERSITAS RIAU 2012
Bagi saya Sebuah prestasi jika bisa bergabung bersama FIM, terutama dalam angkatan FIM Rescue yang langsung dinaungi dibawah BNPB dan MER-C.












ASRORI – FAPERIKA UNRI 2009 – FIM 11
KETUA KOMSAT KAMMI FAPERIKA UNRI
FIM itu sebuah forum luar biasa yang terdiri dari pemuda-pemuda cerdas calon pemimpin bangsa.














CIHE APRILIA BINTANG ST, MT – PLANOLOGI ITS 2008 – FIM 12
DOSEN UNIVERSITAS ISLAM RIAU
FIM change my world!! Dari fim saya belajar banyak makna kebersamaan, kekeluargan, takjub dan bangga bahwa kita adalah bangsa besar, bangsa Indonesia dengan kekayaan luar biasa!! Melalui FIM kekayaan keanekaragaman bangsa Indonesia dapat ditemui ^_^












COKI RANDI NATAMA HARAHAP – FAPERIKA UNRI 2008 - FIM 12
FIM REGIONAL RIAU
Ya inilah FIM dengan kesahajaannya membentuk pemuda, mengapa harus berfikir jauh untuk penggerak perubahan.












DAMARA SIREGAR – FISIP UNRI 2010 – FIM 13
KETUA UMUM FORUM KOMUNIKASI MAHASISWA BIDIKMISI UNRI
FIM punya banyak warna, seperti Kutemukan Warna putih seputih sucinya kasih sayang. Aku temukan warna biru selembut sebiru jiwa leadership yang berkarakter. Aku temukan warna pink setulus cinta untuk negeri. Dan masih banyak lagi warna warni. Saatnya temukan warnamu Di FIM 16.











GEVI ARFA – FISIP UNRI 2008 – FIM 14C
ALUMNI UNIVERSITAS RIAU
FIM adalah kumpulan pemuda/i yang saling bermimpi & memiliki impian yang smaa yakni saling berkolaborasi mencapi impian pejuang.












JUNAIDI – FAPERIKA UNRI 2005 - FIM 6
ALUMNI BUDIDAYA PERIKANAN UNRI 2010
FIM menyatukan VISI pemuda Indonesia, boleh dikatakan Sumpah pemudanya Reformasi.














MASHUR – FAPERIKA UNRI 2006 – FIM 9
ALUMNI UNIVERSITAS RIAU
Ketika pemuda dari berbagai universitas se-Indonesia dengan variasi latar belakang berkumpul dalam satu kolaborasi ide, tiada ungkapan hebat selain perubahan dahsyat untuk generasi Indonesia brilian.

  










 
MIMIN SUMINI – FEKON UNRI 2009 – FIM 14B
ALUMNI UNIVERSITAS RIAU
FIM itu sebuah forum tetapi lebih cocok disebut keluarga, yang memiliki visi membangun negeri kita Indonesia tercinta ini. nggak perduli yang kita lakukan itu besar atau kecil yang jelas memiliki kontribusi untuk negeri ini.












MUHAMMAD BAYU – PSIKOLOGI UIN SUSKA 2012– FIM 14B
KETUA BLM FAKULTAS PSIKOLOGI
Fim bagai pelangi yg memiliki banyak warna tapi bersatu memberikan keindahan.













NOVI YANTI – FEKON UNRI 2011 – FIM 14B
MENTERI KEUANGAN BEM UNRI 2012-2014
FIM akan ngebuka mata kamu, kalau dunia begitu luas dan mimpi-mimpi yang kita susun bisa kita raih.












RISMAYANTI – FAKULTAS TARBIYAH UIN SUSKA 2011 – FIM 14B
FKII ASY SYAMS UIN
FIM sungguh luar biasa dan penuh kesan dengan pemateri-pemateri luar biasa dan pemuda-pemudi cerdas harapan bangsa.












SAPTO NOTO SUSANTO – FST UIN SUSKA – FIM 15
PENGUSAHA AL IHSAN TOUR AND TRAVEL
"Great strength will be born of a neat little strength" di FIM 15 saya menemukan kekuatan besar tersebut, terhimpun mahaiswa-mahasiswa dengan  memiliki kreativitas tinggi inovatif dri sentero indonesia.









SETIYONO – PLANOLOGI UIR 2008 – FIM 15
PENULIS BUKU MENAGIH KIPRAH PEMUDA
FIM laksana jembatan, yakni penghubung antara mimpi-mimpi pemuda dengan kejayaan Indonesia. Dengan FIM, kuyakin masa depan ada di genggaman tangan kita.











SYAFRIZAL M. – FAPERIKA UNRI 2008 – FIM 14B
KORDINATOR FORUM PEMUDA BAHARI INDONESIA (FPBI) RIAU
Zaman semakin maju membuat mental pemuda Indonesia semakin tergerus, sikap Optimis untuk “Indonesia Tangguh” masih ada pada pundak Pemuda bangsa ini, di FIM lah yang akan terus melahirkan generasi EMAS itu.









YOSA SATRAMA – FT UIR 2010 – FIM 14B
PEMIMPIN UMUM DI LEMBAGA PERS MAHASISWA AKLAMASI UIR
FIM itu tempat anak muda menempah jiwa kepemimpinan, bersahabat, berpikir kedepan (visioner), pembuat perubahan dan tempat calon pemimpin masa depan. FIM Super duper wusssh.











Demikianlah sebuah pesan dan kesan alumni FIM bersal dari Riau setelah bergabung di dalam sebuah keluarga
keluarga bernama keluarga kunang-kunang yang senantiasa menyinari dalam kegelapan

"Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku"
maka dengan menjadikan diriku sebagai teladan,
mungkin aku bisa mengubah keluargaku

lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negaraku,
kemudian siapa tahu, aku bisa mengubah dunia
 (Bishop Anglikan, tahun 1100 Masehi di Ruang Pemakaman Wesminster Abbey, Inggris)