Minggu, 02 September 2012

Persiapan PON Riau Diselimuti Awan Gelap



Oleh: Al Razi Izzatul Yazid
Terbit Pada Kolom Youngster Tribun Pekanbaru Edisi Minggu, 2 September 2012
Menteri Sekretaris Kabinet BEM UNRI 2010-2012

            Pelaksanaan PON XVIII di Provinsi Riau sebenarnya merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Riau. Dengan diselenggarakannya PON di Riau, akan menjadikan Provinsi yang terkenal kaya ini menjadi sorotan 200 juta pasang mata bangsa Indonesia seluruh pelosok tanah air. Seluruh masyarakat Indonesia menaruh harapan besar kepada Provinsi Riau akan gemilangnya pelaksanaan PON di Provinsi Riau mengingat Provinsi Riau merupakan Provinsi Kaya di Indonesia.
            Akan tetapi kebanggaan dan harapan itu akan sirna jika melihat persiapan pelaksanaan PON XVIII yang tinggal hitungan hari masih banyak terdapat kekurangan di sana-sini, baik dari venue, akomodasi hingga jadwal pertandingan yang belum fixs. Padahal jika kita melihat jangka waktu yang tersedia dan anggaran yang telah dikucurkan tidak menjadi keraguan dan hambatan dalam persiapan yang dilakukan.
            Jika melihat waktu persiapan, sebenarnya Provinsi Riau memiliki jangka waktu yang panjang sejak ditetapkannya Provinsi Riau sebagai tuan rumah 6 tahun yang lalu. Semenjak itu, Pemerintah Provinsi Riau sudah gencar melakukan pembangunan beberapa venue. Dan telah mencanangkan slogan Catur Sukses, yakni Sukses Penyelenggaraan, Sukses Prestasi, Sukses Promosi Daerah dan Sukses Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. Waktu 6 tahun itu merupakan waktu yang tidak singkat. Dengan management yang baik tentunya dapat melakukan persiapan yang maksimal.
            Jika dilihat dari kuncuran dana, jumlah anggaran yang telah dikucurkan pemerintah Provinsi Riau tidak sedikit jumlahnya dapat mempersiapkan PON XVIII dengan maksimal. Dan dibantu juga dari dana APBN yang memang jumlahnya lebih minim dari APBD yang dikucurkan. Sehingga wajar jika saat ini dengan anggaran yang telah berlimpah ruah dikucurkan, namun hasilnya yang amburadul memunculkan pertanyaan dibenak masyarakat, apakah dana tersebut dikorupsi??. Kejadian ini sungguh sangat mencoreng Provinsi Riau di mata masyarakat Indoensia.
            Melihat realitas yang ada menjelang hari H, wajar raut wajah pejabat Pemerintah Provinsi Riau menampakkan kegalauan dan kegamangan akan suksesnya pelaksanaan PON di Bumi Lancang Kuning ini. Betapa tidak, dari tinjauan tim eksistensi bentukan dari Kemenkokesra menemukan 7 dari 54 venue bermasalah, diantaranya, venue futsal, venue lapangan tembak, venue takraw, bolling, billiar, softball dan base ball. Hal ini sangat berbeda dari apa yang diucapkan Gubernur Riau yang mengatakan pembangunan hanya tersisa dua venue lagi.
            Dari pantauan tim, lapangan futsal, bolling dan biliar yang paling mengkhawatirkan karena masih banyak yang belum diselesaikan. Namun kontraktor menjamin venue-venue tersebut akan dapat digunakan pada hari H pelaksanaan PON nantinya, wallahuwallam bishawab. Ada apa dengan ini semua?
            Ketidaksiapan pembangunan venue tersebut mendapat reaksi negatif dari beberapa kontingen. Sebut saja Plt. Ketua KONI Jatim, Erlangga Satriagung yang mengatakan “PON Riau sekarang ini PON amburadul” kepada suarakawan.com (13/08). Selain itu, baru-baru ini tim kontingen sepakbola Papua melayangkan surat protes kepada PB PON sehubungan kondisi lapangan Stadion Narasinga yang tidak becus. Wakil Manager Tim Sepakbola Papua, Nico Dino, mengatakan akan protes keras atas kondisi lapangan, dan akan tidak menurunkan timnya apabila tidak ditanggapi suratnya, kepada riaukita.com (30/08).
            Dua reaksi negatif dari tim tamu tersebut merupakan tamparan keras bagi pemerintah Provinsi Riau. Sebagai tuan rumah, seharusnya kita memberikan pelayanan dan sarana pra sarana yang sempurna sehingga dapat memberikan kepuasan kepada tim tamu. Dua reaksi negatif ini menambah catatan kelam persiapan pelaksanaan PON di Bumi lancang Kuning ini. Melengkapi  kasus suap PON yang menyerat 10 anggota DPRD Provinsi Riau sebagai tersangka yang kini menjadi perbincangan publik di media massa dan media elektronik di Indonesia. Sehingga dapat dikatakan gaung persiapan pelaksanaan PON Riau terselimuti awan gelap.
            Fakta-fakta diatas menggambarkan bahwa SDM yang saat ini menduduki posisi strategis di Pemerintahan tidak memiliki skill managerial yang baik. Selain itu, dalam kasus suap yang terjadi mencerminkan bahwa pemerintah Provinsi Riau tidak dapat mengemban amanah dari masyarakat Indonesia. Mereka para pejabat elit lebih mementingkan kesenangan pribadi daripada kesenangan masyarakat bersama.
           

1 komentar:

  1. Terbit juga ni di Suara Pembaca Haluan Riau... 3 September 2012

    BalasHapus