Minggu, 04 Desember 2011

Politik Pencitraan




 Fenomena baliho sudah menjadi tradisi di negeri ini. Pemasangan baliho di tepi jalan atau tempat keramaian dijadikan cara ampuh bagi pemerintah untuk media sosialisasi program-program yang dilaksanakan, bahkan dalam rangkaian pemilukada pasangan calon berlomba-lomba mensosialisasikan diri dengan berbagai gaya foto yang ditampilkan untuk menarik simpati masyarakat. Akan tetapi, saat ini baliho yang banyak tersebar disetiap sudut kota tidak efisisen. Hal ini dikarenakan isi dari baliho dikalahkan dengan adanya foto/gambar pemimpin daerah yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan pesan yang disampaikan. Seharusnya, baliho yang bertujuan untuk mensosialisasikan program-program kerja lebih mengedepankan pesan yang disampaikan daripada unsur foto pemimpin daerah.
            Beberapa hari ini, kita melihat di media massa memberitakan perseteruan antara Pj Walikota dengan Kadisdukcapil Kota Pekanbaru. Hal ini terkait dengan penurunan paksa baliho e-KTP yang dipasang Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pekanbaru di setiap kantor Kecamatan oleh Satpol PP atas perintah Pj Walikota. Mendengar alasan Pj Walikota Pekanbaru yang memerintahkan untuk melakukan pencopotan yang dikarenakan adanya foto Kadisdukcapil bukannya foto Pj Walikota dan Gubernur Riau di baliho merupakan alasan yang tidak berlandaskan hukum. Lebih kepada berdasarkan logika dan sikap otoriter Pj Walikota. Jika kita menilik dari program e-KTP yang merupakan program nasional dan dijalankan oleh disdukcapil tidak ada salahnya dalam hal foto yang ditampilkan merupakan kepala dinasnya. Ada apa dibalik kejadian ini???
            Sangat disayangkan dengan adanya pencopotan baliho e-KTP secara paksa oleh satpol PP. Bahkan sampai terjadi adu jotos antara kadisdukcapil dengan Satpol PP karena masalah baliho. Baliho yang telah terpasang tersebut menggunakan anggaran APBD Kota Pekanbaru, hal ini telah menghambur-hamburkan APBD yang dikarenakan alasan politis. Keberadaan baliho yang bertujuan sosialisasi sekarang sudah jauh dari tujuan awalnya dan telah disalahgunakan oleh pejabat-pejabat di Provinsi Riau. Saat ini baliho lebih digunakan untuk politik pencitraan oleh pemimpin-peminpin daerah. Substansi dari baliho tidak tersampaikan dikarenakan gambar-gambar pemimpin daerah lebih dominan daripada pesan yang disampaikannya. Dan melihat kejadian pencopotan baliho secara paksa lebih kepada kecemburuan dari Pj Walikota yang seharusnya dapat mencitrakan dirinya melalui baliho, namun digunakan oleh Kadisdukcapil Kota Pekanbaru.


Oleh: Al Razi Izzatul Yazid
Menteri Sekretaris Kabinet BEM UNRI
Di  Terbitkan Di Kolom  Youngster Tribune Pekanbaru ,  Edisi Minggu,  04 Desember 2011

0 komentar:

Posting Komentar