Minggu, 30 Oktober 2011

Pilkada Kabupaten/Kota Menuju Pilgubri 2013


 
Tahun 2011 merupakan tahun demokrasi buat masyarakat Riau, karena di tahun ini diselenggarakannya pesta demokrasi pemilihan kepala daerah di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Riau. Melihat kondisi di lapangan, dari seluruh pelaksanaan pilkada beberapa kabupaten/kota berakhir kisruh dan diputuskan di Mahkamah Konstitusi. Sungguh sangat ironi melihat proses pemilihan kepala daerah yang notabenenya akan mengemban amanah rakyat, namun banyak orang berlomba-lomba menjadi pemimpin dengan menggunakan segala cara.
Belum hilang euforia masyarakat Kampar menyambut pemimpin daerah yang baru terpilih dalam pilkada Kabupaten Kampar pada tanggal 10 Oktober 2011. Dari hasil Pleno yang dilaksanakan KPUD Kabupaten Kampar pada tanggal 14 Oktober 2011 yang lalu, menetapkan pasangan nomor urut 3 (Jefri Noer-Ibrahim Ali) sebagai peraih suara terbanyak (45,58%) dengan mengalahkan dua pasang pesaing lainnya yang salah satunya merupakan Incumbent. Pelaksanaan Pilkada Kabupaten Kampar ini dari awal hingga pengumuman hasil berlangsung relatif aman dan tertib tanpa adanya gugatan dari pihak manapun. Pasangan yang kalah menerima dengan kepala tegak dan berbesar hati terhadap hasil Pleno KPUD Kampar dan mendukung pasangan yang memenangkan Pilkada. Hal ini perlu menjadi contoh bagi politisi-politisi lainnya dalam meraih kekuasaan harus siap menang dan siap kalah, sesuai ikrar yang mereka katakan sebelum pelaksanaan pilkada. Segala sesuatunya dikembalikan kepada pilihan rakyat, yang merupakan asas berdemokrasi, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Berbeda dengan pelaksanaan pemilihan walikota Pekanbaru yang harus berakhir di Mahkamah Konstitusi. Pilwako Kota Pekanbaru yang berlangsung lebih dahulu pada tanggal 18 Mei 2011, hingga kini masih tertunda keputusan siapa yang akan memimpin kota Pekanbaru 5 tahun mendatang karena adanya gugatan dari timses pasangan calon yang kalah ke Mahkamah Konstitusi. Dan putusan MK menyatakan harus dilaksanakannya pemungutan suara ulang di seluruh TPS. Hal ini merupakan sikap yang tidak gentllement bagi politisi, karena tidak menerima kekalahan dengan berbesar hati. Lebih kepada mencari kesalahan-kesalahan pasangan lawan tanpa melihat kesalahan pasangan sendiri.
Melihat dua fenomena pilkada yang terjadi, dapat dilihat bahwa pilwako Kota Pekanbaru sangat sarat dengan intrik-intrik partai politik. Hal ini dikarenakan yang menjalankan sistem demokrasi adalah partai politik. Sebagaimana kita ketahui, partai politik memiliki ideologi-ideologi yang berbeda sehingga tujuan dari setiap partai politik bukan lagi untuk menyalurkan suara rakyat, melainkan menyalurkan suara partai. Dan jika dilihat dari posisi Pekanbaru sebagai Ibukota Provinsi yang merupakan sentral partai politik di daerah, menyebabkan seluruh partai politik berusaha dengan segala cara untuk dapat merebut kekuasaan dengan mendudukkan perwakilan partai sebagai pemimpin daerah. Berbeda dengan Kabupaten Kampar yang merupakan daerah yang tidak memiliki pengaruh besar untuk peta perpolitikan di daerah Riau. Hal ini juga berkenaan dengan pemilihan gubernur Riau yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Sehingga dari hasil pilkada di setiap Kabupaten/Kota diperoleh gambaran peta perpolitikan menuju pilgubri 2013.

Al Razi Izzatul Yazid
Menteri Sekretaris Kabinet BEM Universitas Riau


0 komentar:

Posting Komentar