Minggu, 09 Oktober 2011

KISRUH POPNAS, SIAPKAH PROVINSI RIAU MENJADI TUAN RUMAH PON?

Dalam kurun waktu 2 tahun yang akan datang ini, Provinsi Riau akan menjadi pusat perhatian seluruh bangsa Indonesia bahkan dunia. Hal ini dikarenakan dua tahun yang akan datang ini, Provinsi Riau akan menjadi tuan rumah event olahraga mulai dari skala Nasional hingga skala Internasional. Tahun-tahun sebelumnya, Provinsi Riau telah sering dipercaya sebagai tuan rumah event Nasional maupun Internasional. Dalam pelaksanaan sebuah event, tentunya sebagai tuan rumah memiliki tanggung jawab untuk menyukseskan penyelenggaraan. Akan tetapi, dari beberapa pelaksanaan event yang pernah singgah di bumi lancang kuning ini, penuh dengan catatan-catatan hitam penyelenggaraan event baik skala nasional maupun Internasional. Catatan-catatan hitam penyelenggaraan event sebelumnya sebenarnya harus menjadi perhatian dan pelajaran bagi pelaksanaan event selanjutnya. Akan tetapi hal itu tidak dapat terwujud seiring dengan terjadinya berbagai kekisruhan dalam pelaksanaan event nasional yang saat ini berlangsung di Kota Bertuah.
Dalam sepekan ini, bumi lancang kuning kembali menjadi sorotan masyarakat Indonesia dengan diberi kepercayaan sebagai tuan rumah event olahraga pelajar terakbar se-Indonesia. Lebih dari 3600 atlet pelajar dari 33 provinsi se-Indonesia hadir dan berkumpul di Kota Bertuah untuk bersaing meraih prestasi dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional XI. Pekan Olahraga Pelajar Nasional ke XI yang berlangsung di Kota Bertuah dari tanggal 29 September 2011 hingga 8 Oktober 2011 diresmikan langsung oleh Menegpora Andi Malaranggeng pada Kamis (29/9) di Gelanggang Remaja. Pelaksanaan POPNAS XI ini dikatakan Gubri sebagai ajang kemampuan atlet junior Riau dan sebagai ajang ujicoba kesiapan Riau menjelang event Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII yang akan diselenggarakan tahun 2012 mendatang. “Popnas ini miniaturnya Pekan Olahraga Nasional, keberhasilan Popnas ini merupakan gambaran di PON nanti, terutama kesiapan panitia penyelenggara”, tukasnya dikutip Haluan Riau, Kamis (29/9). Akan tetapi, fakta di lapangan menggambarkan ketidaksiapan panitia dalam melaksanakan event nasional ini. Ketidaksiapan panitia penyelenggara dapat dilihat dari terjadinya kekurangan disemua lini. Kekurangan dapat dilihat dalam hal sosialisasi kegiatan yang minim, sehingga event nasional terasa hambar tidak terasa gaungnya kepada masyarakat. Event nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan masyarakat Pekanbaru, namun tidak dapat dirasakan kemeriahannya. Kejadian yang paling memalukan dan menggelikan terjadi pada saat acara pembukaan, Kamis (29/9). Pembukaan yang dipusatkan di Gelanggang Remaja, Jendral Sudirman diwarnai beberapa kejadian dimulai insiden mati lampu yang diakibatkan matinya genset gedung sehingga membuat seluruh atlet dan official dari seluruh provinsi di Indonesia bersorak. Ketidaktersediaan pasokan listrik yang memadai berdampak kepada ketidaktersediaan air bersih di gedung, sehingga untuk fasilitas toilet menggunakan mobil toilet bantuan Dinas Sosial. Hal ini sangat ironis, karena pembukaan event skala nasional di Gelanggang Remaja yang merupakan salah satu venues PON nantinya, belum masuknya pasokan listrik sehingga harus menggunakan Genset untuk pasokan listrik. Tidak hanya itu permasalahan yang terjadi, keganjilan lain yang terjadi yaitu tidak adanya defille atlet dalam pembukaan Popnas kali ini, yang mana defille atlet merupakan prosesi penting dalam pembukaan yang menggambarkan semangat atlet dalam memulai perjuangan dalam ajang olahraga. Selain kejadian di atas, pembukaan Popnas kali ini juga dinodai dengan terjadinya insiden pengusiran wartawan oleh seorang panitia Event Organizer. Akibat kejadian tersebut, puluhan wartawan yang diusir melakukan aksi mogok meliput kegiatan event olahraga terakbar pelajar se-Indonesia ini. Kejadian pengusiran wartawan ini berawal dari sejumlah wartawan kameramen dan fotografer, baik dari media lokal maupun nasional, akan mengambil momen Gubernur Riau yang akan menyampaikan kata sambutan. Namun ketika kameramen dan fotografer mendekat ke podium, ia di usir oleh salah seorang panitia even organizer. Akibat insiden ini, ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau H. Dheni Kurnia yang juga hadir pada acara pembukaan Popnas, langsung keluar dan menemui wartawan. “Acara ini merupakan acara nasional. Kalau seperti ini kelakuan panitia, kita boikot saja beritanya sampai ada permintaan maaf dari pelaku. Seharusnya EO mengerti profesi seorang wartawan, bukan malah melarang wartawan mengambil berita. Ini namanya menghalang-halangi wartawan dalam mencari berita. Mereka harus meminta maaf,” kata Dheni seraya langsung meninggalkan lokasi pembukaan sambil menyapa rekan-rekan wartawan dikutip Haluan Riau, Jum’at (30/9) lalu.
            Selama kegiatan berlangsung selama sepekan, keluhan dan protes terus bergulir dari beberapa kontingen, dimulai dari kontingen Sumut dan Bali yang meminta pelayanan agar ditingkatkan. Menurut pelatih basket putra Popnas Sumut Heriyanto dikutip Riau Pos Kamis pagi (29/9), tim basket putrinya bertanding melawan Bali di GOR Tribuana, sementara tim putra juga ikut bersama diangkut mobil panitia sebagai suporter. Tapi sedihnya rombongan putra tak dilayani transpor pulangnya ke hotel dan terpaksa jalan kaki sejauh tiga kilometer. ‘’Kami keletihan jalan karena ketiadaan mobil panitia,’’ ujar Heriyanto. Di tempat terpisah tim basket putri Bali meminta panitia konsumsi lebih meningkatkan cita rasa makanan. ‘’Makannya kurang enak, lauk kurang menarik. Ada ayam, telur, malam makan ikan patin, tapi kurang enak bumbunya,’’ ujar Deka dan Cia tim basket putri dari Bali ini. menanggapi permasalahan di atas, ketua Panitia Popnas XI, Doni Apriandi menjelaskan maslahan ini hal biasa dalam event-event seperti ini. “ini merupakan dinamika dalam sebuah kegiatan dan tentunya akan kami tingkatkan pelayanannya,” kata Doni dikutip Riau Pos, Sabtu (1/10).  Lain halnya dengan 5 kontingen Popnas yang mengeluhkan soal penginapan, "Kami ada lima provinsi nginap di Hotel Holyday di Pekanbaru ini. Masak anak didik kami diberikan fasilitas hotel yang isinya tiap malam banyak perempuan nakalnya," kata official dari Kontingen Provinsi Bengkulu, Aswandi di Hotel Holyday, Jl Tanjung Datuk, Pekanbaru, dikutip detik.com Sabtu (1/10). Lima kontingen yang diinapkan di hotel esek-esek itu selain Bengkulu, ada Sumatera Barat (Sumbar) Kepuluan Riau (Kepri) Bangka Belitung (Babel) dan Sulawesi Utara (Sulut). 5 kontingen ini khusus pada cabang olahraga atletik. Sangat miris mendengar keluhan ini, dikarenakan para atlet yang notabenenya masih pelajar dihadapkan dengan fenomena-fenomena yang dapat merusak moral mereka. Hal lain yang mendapat sorotan dari berberapa pihak yaitu TI Media centre Popnas yang terbengkalai. Meski sudah berulang kali mendapatkan kritikan, namun sistem Teknologi Informasi (TI) Popnas XI di Riau tetap saja tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Hingga hari-hari terakhir pelaksanaan Popnas data-data di Media Centre di Hotel New Holliwod, Pekanbaru tetap saja lambat diterima. Salah seorang ketua kontingen Jambi maminta data pertandingan venue tidak dilayani dengan baik. Dia mengaku melihat monitor TI media centre yang perolehan medalinya tidak benar. “heran saya kenapa data di media centre berbeda dengan di koran, masak lebih cepat koran daripada TI, seharusnya media centre yang memberikan data yang lengkap,” terang Husairi dikutip Haluan Riau, Rabu (5/10).
            Dari keluhan yang setiap hari disampaikan kontingen kepada panitia, sungguh hal ini sangat ironis, event nasional yang seharusnya dapat mengharumkan nama baik Provinsi Riau, malah menjadi bumerang bagi Provinsi Riau. Seperti perkataan Gubernur Riau yang mengatakan Popnas ini merupakan miniatur pelaksanaan PON XVIII nantinya, maka merupakan tamparan keras buat PB PON, sudah siapkah Provinsi Riau menjadi tuan rumah PON?. Menjawab itu semua, perlu adanya pembenahan dan persiapan yang matang oleh PB PON dengan melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan Popnas XI ini, sehingga tidak terulang kembali dan tidak menjadi sebuah kebiasaan bagi Pemerintah Provinsi Riau dalam menyelenggarakan event hanya ingin mengejar keuntungan mendapat nama di pusat ketimbang kesuksesan penyelenggaraan dan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat.


Al Razi Izzatul Yazid
Menteri Sekretaris Kabinet BEM UNRI
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNRI

1 komentar: