“Demikianlah harapan kaum idealis yang merumuskan filsafat
Negara dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia… Satu ciptaan, mungkin terlalu
tinggi bagi manusia biasa melaksanakannya, tetapi sebagai pegangan untuk
menempuh jalan yang baik, sangat diperlukan. Dasar-dasar itu menuntut… kepada
pemimpin-pemimpin politik dan kepada orang-orang Negara untuk melatih diri
supaya sanggup berbuat baik dan jujur, sesuai dengan janji yang diperbuat di
muka Tuhan”
“This is the hope of
the idealists who set the National Guidance and the Constitution of the
Republic of Indonesia… a creation which, for common people, may be difficult to
perform, but as guidance for action, it is absolutely required. The foundations
insist that… the political leaders and government officials train themselves to
have the capability to perform in a proper conduct and honesty, in accordance
with their vow to God”
(Mohammad
Hatta, Demokrasi Kita, 1961)
“… Demokrasi Pancasila
baru dapat hidup apabila Negara Indonesia sudah menjadi Negara hukum. Dan
Negara hukum itu belum lagi tercapai. Sebab itu setiap orang diantara kita
harus berusaha mencepatkan datangnya Negara hukum itu…”
“… The democracy of Pancasila will only be able the exist
if Indonesia has become a country which implements the rules of law. And such a
nation has not been created yet. Therefore everyone of us should make serious
effort to accelerate the existence of the country with rules of law.”
(Mohammad Hatta, “Menuju Negara
Hukum” Pidato penerimaan Gelar Dr (HC) di UI, 30 Agustus 1970)
“Rasa persatuan tidak
berarti bahwa semuanya harus diperas menjadi satu. Persatuan… dengan tidak
mempedulikan pendapat yang berlain-lain hanya tercapai dalam Negara yang
berdasarkan totaliter, Negara fasis atau komunis…”
“The feeling of unity does not mean that all has to be
pressed in to one. Unity… without a respect to the opinion of others, can only
be reached in countries with totalitarian base as well as in facist or
communist countries…”
(Mohammad Hatta, Pidato dalam
Pertemuan dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia, 25 Juni 1966)
“… semakin bijak… pemimpin-pemimpin rakyat melakukan pimpinan,
bimbingan dan pengayoman terhadap rakyat seluruhnya… unsur-unsur kebhinekaan
itu lambat laun akan… meleburkan diri dan semangatnya kepada ketunggalikaan…
tetapi bila salah pimpin oleh orang-orang berjiwa kecil… yang tidak berjiwa
kenegaraan, akibat sebaliknya yang tidak diingini bias pula terjadi…”
“… the wiser… the
leaders to give leadership, support and protection to the whole population… the
diversity will gradually blend itself and its spirit in to a unity… however, if
there is a misleading by narrow_minded officials… with no statesmanship,
unexpected result can also happen…”
(Mohammad
Hatta, “Bhineka Tunggal Ika”, 1980)
“… koperasi berdasar self-help dan percaya pada diri sendiri,
dan bukanlah organisasi minta-minta… lebih dahulu ditanam sendi usaha bersama
atas asas kekeluargaan. Apabila sudah tegak, barulah… Pemerintah…
menyempurnakan yang telah berdiri itu.”
“… a cooperative is
based on the principals of self-help and self-confidence, this is not an
organization that begs… it should first embed mutual endeavors based on the
spirit of brotherhood. Once a cooperative is able to stand on its own… The
government should help in making the cooperative stronger.”
(Mohammad Hatta, “ Koperasi Jembatan ke Demokrasi Ekonomi” Pidato
pada Hari Koperasi ke-3, 12 Juli 1953)
0 komentar:
Posting Komentar