Dalam kurun waktu 2 tahun yang
akan datang ini, Provinsi Riau akan menjadi pusat perhatian seluruh bangsa
Indonesia bahkan dunia. Hal ini dikarenakan dua tahun yang akan datang ini,
Provinsi Riau akan menjadi tuan rumah event olahraga mulai dari skala Nasional hingga
skala Internasional. Tahun-tahun sebelumnya, Provinsi Riau telah sering
dipercaya sebagai tuan rumah event Nasional maupun Internasional. Dalam
pelaksanaan sebuah event, tentunya sebagai tuan rumah memiliki tanggung jawab
untuk menyukseskan penyelenggaraan. Akan tetapi, dari beberapa pelaksanaan
event yang pernah singgah di bumi lancang kuning ini, penuh dengan
catatan-catatan hitam penyelenggaraan event baik skala nasional maupun Internasional.
Catatan-catatan hitam penyelenggaraan event sebelumnya sebenarnya harus menjadi
perhatian dan pelajaran bagi pelaksanaan event selanjutnya. Akan tetapi hal itu
tidak dapat terwujud seiring dengan terjadinya berbagai kekisruhan dalam
pelaksanaan event nasional yang saat ini berlangsung di Kota Bertuah.
Dalam sepekan ini, bumi lancang
kuning kembali menjadi sorotan masyarakat Indonesia dengan diberi kepercayaan
sebagai tuan rumah event olahraga pelajar terakbar se-Indonesia. Lebih dari 3600
atlet pelajar dari 33 provinsi se-Indonesia hadir dan berkumpul di Kota Bertuah
untuk bersaing meraih prestasi dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional XI. Pekan
Olahraga Pelajar Nasional ke XI yang berlangsung di Kota Bertuah dari tanggal
29 September 2011 hingga 8 Oktober 2011 diresmikan langsung oleh Menegpora Andi
Malaranggeng pada Kamis (29/9) di Gelanggang Remaja. Pelaksanaan POPNAS XI ini
dikatakan Gubri sebagai ajang kemampuan atlet junior Riau dan sebagai ajang
ujicoba kesiapan Riau menjelang event Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII yang
akan diselenggarakan tahun 2012 mendatang. “Popnas ini miniaturnya Pekan
Olahraga Nasional, keberhasilan Popnas ini merupakan gambaran di PON nanti,
terutama kesiapan panitia penyelenggara”, tukasnya dikutip Haluan Riau, Kamis
(29/9). Akan tetapi, fakta di lapangan menggambarkan ketidaksiapan panitia
dalam melaksanakan event nasional ini. Ketidaksiapan panitia penyelenggara
dapat dilihat dari terjadinya kekurangan disemua lini. Kekurangan dapat dilihat
dalam hal sosialisasi kegiatan yang minim, sehingga event nasional terasa
hambar tidak terasa gaungnya kepada masyarakat. Event nasional yang seharusnya
menjadi kebanggaan masyarakat Pekanbaru, namun tidak dapat dirasakan
kemeriahannya. Kejadian yang paling memalukan dan menggelikan terjadi pada saat
acara pembukaan, Kamis (29/9). Pembukaan yang dipusatkan di Gelanggang Remaja,
Jendral Sudirman diwarnai beberapa kejadian dimulai insiden mati lampu yang
diakibatkan matinya genset gedung sehingga membuat seluruh atlet dan official
dari seluruh provinsi di Indonesia bersorak. Ketidaktersediaan pasokan listrik
yang memadai berdampak kepada ketidaktersediaan air bersih di gedung, sehingga
untuk fasilitas toilet menggunakan mobil toilet bantuan Dinas Sosial. Hal ini
sangat ironis, karena pembukaan event skala nasional di Gelanggang Remaja yang
merupakan salah satu venues PON nantinya, belum masuknya pasokan listrik sehingga
harus menggunakan Genset untuk pasokan listrik. Tidak hanya itu permasalahan
yang terjadi, keganjilan lain yang terjadi yaitu tidak adanya defille atlet
dalam pembukaan Popnas kali ini, yang mana defille atlet merupakan prosesi
penting dalam pembukaan yang menggambarkan semangat atlet dalam memulai
perjuangan dalam ajang olahraga. Selain kejadian di atas, pembukaan Popnas kali
ini juga dinodai dengan terjadinya insiden pengusiran wartawan oleh seorang
panitia Event Organizer. Akibat kejadian tersebut, puluhan wartawan yang diusir
melakukan aksi mogok meliput kegiatan event olahraga terakbar pelajar
se-Indonesia ini. Kejadian pengusiran wartawan ini berawal dari sejumlah
wartawan kameramen dan fotografer, baik dari media lokal maupun nasional, akan
mengambil momen Gubernur Riau yang akan menyampaikan kata sambutan. Namun
ketika kameramen dan fotografer mendekat ke podium, ia di usir oleh salah
seorang panitia even organizer. Akibat insiden ini, ketua Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Riau H. Dheni Kurnia yang juga hadir pada acara pembukaan
Popnas, langsung keluar dan menemui wartawan. “Acara ini merupakan acara nasional.
Kalau seperti ini kelakuan panitia, kita boikot saja beritanya sampai ada
permintaan maaf dari pelaku. Seharusnya EO mengerti profesi seorang wartawan,
bukan malah melarang wartawan mengambil berita. Ini namanya menghalang-halangi
wartawan dalam mencari berita. Mereka harus meminta maaf,” kata Dheni seraya
langsung meninggalkan lokasi pembukaan sambil menyapa rekan-rekan wartawan
dikutip Haluan Riau, Jum’at (30/9) lalu.
Selama
kegiatan berlangsung selama sepekan, keluhan dan protes terus bergulir dari beberapa
kontingen, dimulai dari kontingen Sumut dan Bali yang meminta pelayanan agar
ditingkatkan. Menurut pelatih basket putra Popnas Sumut Heriyanto dikutip Riau
Pos Kamis pagi (29/9), tim basket putrinya bertanding melawan Bali di GOR
Tribuana, sementara tim putra juga ikut bersama diangkut mobil panitia sebagai
suporter. Tapi sedihnya rombongan putra tak dilayani transpor pulangnya ke
hotel dan terpaksa jalan kaki sejauh tiga kilometer. ‘’Kami keletihan jalan
karena ketiadaan mobil panitia,’’ ujar Heriyanto. Di tempat terpisah tim basket
putri Bali meminta panitia konsumsi lebih meningkatkan cita rasa makanan. ‘’Makannya
kurang enak, lauk kurang menarik. Ada ayam, telur, malam makan ikan patin, tapi
kurang enak bumbunya,’’ ujar Deka dan Cia tim basket putri dari Bali ini.
menanggapi permasalahan di atas, ketua Panitia Popnas XI, Doni Apriandi
menjelaskan maslahan ini hal biasa dalam event-event seperti ini. “ini
merupakan dinamika dalam sebuah kegiatan dan tentunya akan kami tingkatkan
pelayanannya,” kata Doni dikutip Riau Pos, Sabtu (1/10). Lain halnya dengan 5 kontingen Popnas yang
mengeluhkan soal penginapan, "Kami ada lima provinsi nginap di Hotel
Holyday di Pekanbaru ini. Masak anak didik kami diberikan fasilitas hotel yang
isinya tiap malam banyak perempuan nakalnya," kata official dari Kontingen
Provinsi Bengkulu, Aswandi di Hotel Holyday, Jl Tanjung Datuk, Pekanbaru, dikutip
detik.com Sabtu (1/10). Lima kontingen yang diinapkan di hotel esek-esek itu
selain Bengkulu, ada Sumatera Barat (Sumbar) Kepuluan Riau (Kepri) Bangka
Belitung (Babel) dan Sulawesi Utara (Sulut). 5 kontingen ini khusus pada cabang
olahraga atletik. Sangat miris mendengar keluhan ini, dikarenakan para atlet
yang notabenenya masih pelajar dihadapkan dengan fenomena-fenomena yang dapat
merusak moral mereka. Hal lain yang mendapat sorotan dari berberapa pihak yaitu
TI Media centre Popnas yang terbengkalai. Meski sudah berulang kali mendapatkan
kritikan, namun sistem Teknologi Informasi (TI) Popnas XI di Riau tetap saja
tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Hingga hari-hari terakhir pelaksanaan
Popnas data-data di Media Centre di Hotel New Holliwod, Pekanbaru tetap saja
lambat diterima. Salah seorang ketua kontingen Jambi maminta data pertandingan venue tidak dilayani dengan baik. Dia
mengaku melihat monitor TI media centre yang
perolehan medalinya tidak benar. “heran saya kenapa data di media centre berbeda dengan di koran, masak
lebih cepat koran daripada TI, seharusnya media centre yang memberikan data yang lengkap,” terang Husairi dikutip
Haluan Riau, Rabu (5/10).
Dari
keluhan yang setiap hari disampaikan kontingen kepada panitia, sungguh hal ini
sangat ironis, event nasional yang seharusnya dapat mengharumkan nama baik
Provinsi Riau, malah menjadi bumerang bagi Provinsi Riau. Seperti perkataan
Gubernur Riau yang mengatakan Popnas ini merupakan miniatur pelaksanaan PON
XVIII nantinya, maka merupakan tamparan keras buat PB PON, sudah siapkah
Provinsi Riau menjadi tuan rumah PON?. Menjawab itu semua, perlu adanya
pembenahan dan persiapan yang matang oleh PB PON dengan melihat
kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan Popnas XI ini, sehingga
tidak terulang kembali dan tidak menjadi sebuah kebiasaan bagi Pemerintah
Provinsi Riau dalam menyelenggarakan event hanya ingin mengejar keuntungan mendapat
nama di pusat ketimbang kesuksesan penyelenggaraan dan dampaknya terhadap
perekonomian masyarakat.
Al Razi Izzatul Yazid
Menteri Sekretaris Kabinet BEM UNRI
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UNRI
Tulisan Perdana terbit di media massa..
BalasHapus