Setelah teman-teman menentukan pilihannya dalam
secarik kertas, maka tiba pengumuman siapa gerangan ketua angkatan terpilih.
Dan ternyata Azzam yang dipilih rekan-rekan semua dan juga sekaligus sebagai
peserta terbaik putra dalam pelatihan FIM 14B ini. Sungguh iri melihat Azzam
yang luar biasa memang dalam bergaul dengan seluruh teman-teman di FIM ini,
tetapi saya tetap bangga karena juga telah berhasil menjadi yang terbaik dalam
kompetisi selama FIM 14B berlangsung dengan berhasil meraih double Winner
bersama rekan sekelompok saya Roi Rahmat, Addi Yusfan, Selvia, Indra, dan Rino.
Ketika melihat jam di Hp tak terasa waktu menunjukkan pukul 02.00 WIB. Memang
hari yang panjang di awali dari jam 06.00 WIB dan berakhir pada pukul 02.00
WIB. Memang FIM 14 B luar biasa Beda.
City
Tour Bukittinggi
Setelah bersukacita di malam hari, tibalah saatnya
kembali bersenang-senang bersama teman-teman se-Nusantara mengelilingi dan
mengunjungi tempat-tempat bersejarah pada pra kemerdekaan yakni Makam Pahlawan
perang Kamang dan wisata panorama Ngarai Sianok Bukittinggi. Walau sebenarnya
ada beberapa tempat yang batal dikunjungi, namun itu tidak membuat hari-hari
yang tak akan disia-siakan berlalu karena akan berpisah kembali dengan
teman-teman yang akan kembali ke daerahnya masing-masing.
Di kamang kami disambut oleh pemerintah setempat,
datuak-datuak dan ninik mamak Kamang hadir dengan sambutan yang luar biasa.
Tidak ada kepikiran bakal disambut dengan sedemikian ramah dan luar biasa.
Masyarakat setempat menyediakan kami tempat duduk dan makanan ringan disetiap
bangku duduk. Dan ketika sambutan dari tokoh setempat beliau mengatakan hari
tersebut merupakan sejarah pertama dikunjungi oleh mahasiswa seramai ini dan
berasal dari seluruh Nusantara. Dan akan kami catatkan di
dalam buku sejarah
bahwasanya Makam ini pernah dikunjungi mahasiswa dari seluruh penjuru tanah air
dari sabang sampai merauke, kata tokoh tersebut. Kamipun disuguhi cerita awal
mula terjadinya peristiwa perang kamang yang memakan korban tidak hanya warga
masyarakat kamang sendiri, melainkan bersala dari seluruh daerah di Sumatera
Barat. Sehingga dapat dikatakan bahwa perjuangan Perang kamang in bukan
semata-mata perjuangan warga masyarakat Kamang, melainkan perjuangan masyarakat
Sumatera Barat.
Di panorama Bukittinggi ini, masing-masing kelompok
coaching berkumpul menyantap makan siang dan diakhiri dengan tukaran kado yang
sangat berkesan, karena masing-masing membawa kado khas daerahnya
masing-masing. Selepas bertukaran kado, Ibam dengan inisiatifnya melakukan tari
maga-maga di atas panggung di panorama Bukittinggi. Dan kegiatan selanjutnya
bebas di sekitaran jam gadang Bukittinggi.
FlashMop
Maga-Maga di Jam Gadang
Sesampai di Jam Gadang, seluruh peserta dan panitia
berkumpul, dan Ibam sang maestro maga-maga berkata kita akan buat video
flashmop Maga-Maga di Jam Gadang. Sontak seluruh peserta semangat dengan ide
“Gila” dari maestro maga-maga. Dan dengan komando dari kak Deni, maka Kak Ibam
sang maestro yang memimpin maga-maga ini dan diikuti dari panitia dan
berangsur-angsur peserta mengikuti. Sungguh momen yang luar biasa di Jam Gadang
yang menjadi tontonan menarik pengunjung yang berada disekitaran Jam gadang
pada waktu itu. Selepas flashmop maga-maga, maka
peserta cowok yang berkoordinasi dengan panitia akan memberikan hadiah surprise
kepada Siro bapak asrama. Dan Siro yang sewaktu itu sedang berada di Ramayana
Bukittinggi ditelpon salah seorang panitia agar segera ke Jam Gadang. Setibanya
di jam gadang, sontak kamipun membentangkan karton yang berisi testimoni
seluruh peserta cowok dan juga ucapaan terimakasih kami kepada Siro. Siropun
kami angkat dan lambungkan ke udara serta disiram juga dengan air. Peace
Siro... salam perdamaian dari FIM 14B.
Praja
IPDN dijarah
Ada satu hal yang unik ketika city tour di
Bukittinggi. Dimana praja IPDN yang selalu mengenakan baju dinas hariannya
dijarah teman-teman yang merupakan mahasiswa. Teman-teman mahasiswa dari
seluruh Nusantara ini ada yang mengambil, meminta, malah sedikit maksa walau
ada beberapa yang benar-benar dihadiahkan kepadanya lencana-lencana yang ada di
baju PDH Praja IPDN. Sehingga balik dari city tour, PDH praja IPDN polos tanpa
lencana-lencana yang awalnya bermacam-macam tertempel di baju. Dan akupun dapat
lencana dari salah seorang praja IPDN yang berasal dari kota yang dekat dengan
kampung halamanku yakni Padang Panjang yang bernama Anggy.
Tibalah
Hari Kepulangan
Setelah menjalani masa-masa yang menyenangkan dan
penuh dengan cerita-cerita indah, maka setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Setelah melewati perjalanan tour seharian bersama teman-teman di Bukittinggi,
ada beberapa teman-teman yang langsung pulang di malam harinya. Dan malah ada
beberapa teman-teman yang pulang sebelum city tour. Terasa haru memang ketika
merasa sudah nyambung dan dekat dengan teman-teman harus berpisah. Namun,
perpisahan ini tidak merupakan akhir pertemuan kita, karena masih panjang
perjalanan kebersamaan kita tentunya yang merupakan satu keluarga yakni
keluarga kunang-kunang.
Malam itu terasa sunyi dan sepi, dan berbeda dengan
malam-malam sebelumnya Praja IPDN hadir di asrama dan mengatakan mereka akan
tidur di asrama bersama peserta lainnya. Karena mereka akan melepas kepulangan
teman-teman ke daerah masing-masing. Walau hanya bertemu 4 hari dengan Praja
IPDN, terasa sekali eratnya rasa kekeluargaan diantara kami. Rindu rasanya
merasakan kembali suasana militer di IPDN Baso. Semoga suatu saat nanti FIM
kembali digelar di lingkungan IPDN.
Dipagi harinya masih tersisa beberapa peserta dan
panitia yang berada di asrama dan akan kembali ke daerah asal masing-masing.
Ternyata di pagi itu masih disediakan sarapan paginya, memang luar biasa FIM
ini. Dan akhirnya tiba saat semua dari kami yang tersisa di pagi hari itu
saling berpamitan dan tak lupa juga kami rombongan dari Riau berpamitan dengan
Ayah dan Bunda Elmir. Haru terasa memang dengan sebuah perpisahan yang merupakan
awal perjuangan kami di daerah masing-masing dengan social project yang telah
disepakati. Dan berharap keluarga kunang-kunang ini selalu menyinari negeri ini
dengan kegiatan-kegiatan social yang bermanfaat hingga terwujudnya cita-cita
bangsa yakni terwujudnya bangsa yang cerdas dan bermartabat. Tentunya nasib
bangsa ini berada di pundak-pundak pemuda bangsa ini.
Pemuda Indonesia…!!! Aku Untuk Bangsaku…,
Bung Hatta…!!! Tokoh Teladanku…
The End...
Demikianlah Sepenggal Kisah FIM 14 Bukittinggi...
Segera Miliki Buku ANtologi Negeri Kunang-Kunang...
0 komentar:
Posting Komentar