Forum
Indonesia Muda atau dikenal dengan singkatan FIM telah memasuki 1 Dekade
pelaksanaan. Sebuah forum pelatihan yang mempertemukan mahasiswa dan pemuda yang berasal dari seluruh
penjuru tanah air berkumpul mengeluarkan ide-ide kreatif dan inovatif untuk
perubahan bangsa ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang. Forum ini
dikemas dalam bentuk pelatihan leadership dan character building. Dan terbentuk atas dasar
kegelisahan hati dari sepasang suami istri yang luar biasa menginspirasi,
melihat beragam permasalahan yang menggelayuti bangsa ini terutama permasalahan
di kalangan pemuda. Beliau adalah Ayah Elmir Amien dan Bunda Tatty Elmir.
Tahun
2013, tepat 1 dekade pelaksanaan FIM ini.
Sejak
tahun 2003
sampai 2009 dilaksanakan setahun sekali, dan sejak tahun 2010 dilaksanakan 2 kali setahun, karena melihat banyaknya
peminat setiap kali pelaksanaan FIM ini. Dan momentum yang biasa digunakan
dalam pelaksanaan FIM ini yakni Kebangkitan Nasional dan Sumpah Pemuda.
Pelaksanaan FIM selalu dipusatkan di Cibubur, Jakarta. Pada tahun ini, yang
merupakan pelaksanaan ke 14, maka dalam rangka memperingati 1 Dekade
pelaksanaan FIM, FIM 14 dilaksanakan dua kali di dua tempat berbeda yakni di
Cibubur dengan angkatan FIM 14C dan di Baso, Bukittinggi dengan nama angkatan
FIM 14B.
FIM 14 B, Bukittinggi/Baso dan Beda
Setiap
pelaksanaan FIM ini, selalu ada tema khusus yang diangkat. Dan pada FIM 14 ini
mengangkat tema “Kolaborasi Karya untuk Negeri”. Dan digandeng dengan tema khusus “Bung
Hatta Bapak Bangsa”. FIM 14 B, B disini merupakan simbol bahwasanya
dilaksanakan di Bukittinggi yang merupakan kota Kelahiran dari seorang Tokoh
Proklamator kita yaitu Bung Hatta. Tetapi juga bisa dikatakan B disini berarti
Baso karena
berlangsung di IPDN Baso ataupun dapat dikatakan Beda. Kenapa demikian?
Karena FIM 14 B merupakan FIM yang pertama kali dilaksanakan di Lingkungan
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang berlokasi tepatnya di Baso.
Itulah alasan mengapa FIM 14 B dikatakan FIM 14 Beda. Dan masih banyak lagi
nantinya akan diuraikan kenapa FIM 14 B dikatakan Beda.
Mengikuti
FIM 14 B merupakan sebuah anugrah bagi saya pribadi. Hal ini dikarenakan di dua
pelaksanaan sebelumnya saya mendaftar, tetapi tidak lolos seleksi. Saya
berpikir, ”memang belum rezeki di tahun sebelumnya”. Dan bersyukur saya dapat
mengikuti FIM 14B ini, karena termasuk orang-orang yang terpilih dari 4.995
orang yang mendaftarkan dirinya pada saat pendaftaran FIM 14 ini dibuka. Dan
juga dikarenakan pelaksanaan FIM 14 B yang berbeda dari pelaksanaan-pelaksanaan
sebelumnya yakni di Kampus IPDN Baso, Bukittinggi.
Ketika
mengetahui saya berkesempatan untuk ikut dalam FIM 14B, maka saya langsung
melihat daftar peserta yang akan mengikuti FIM dan ternyata dari Provinsi Riau
terdapat 7 orang yang lolos. Dan persiapan keberangkatanpun kami bicarakan.
Mulai dari seragam delegasi, kendaraan keberangkatan, hingga waktu
keberangkatanpun disepakati yakni H-1 pelaksanaan, tepatnya 31 Mei 2013.
Selain itu, saya juga langsung mencari nomor-nomor
peserta lainnya untuk nantinya pada awal pertemuan di lokasi acara mudah dalam
berkomunikasi. Dan Alhamdulillah beberapa nomor teman-teman yang akan mengikuti
FIM 14B saya dapat dari database yang telah dibuat oleh panitia. Luar biasa
memang panitia dalam mempersiapkan agenda ini yang membuat saya menjadi
penasaran dan sangat ingin bertemu dengan teman-teman se-Nusantara dan panitia
di balik penyelenggaraan FIM 14B ini.
Hari Keberangkatan
Jum’at,
31 Mei 2013, jam menunjukkan pukul 09.00 WIB. Sesuai kesepakatan maka pukul
09.00 WIB sudah berkumpul di halaman Rektorat Universitas Riau. Namun, baru
berempat yang hadir, Aku, Novi dan Mimin yang merupakan mahasiswa Universitas
Riau yang kini aktif di kepengurusan BEM Universitas Riau serta Risma yang
merupakan mahasiswa UIN Suska Riau. Berarti masih ada 3 yang belum hadir, yakni
Bayu, Syafrizal, dan Yosa. Ketika itu kami yang hadir selalu menghubungi mereka
dan jam telah menunjukkan pukul 09.30 WIB. Akhirnya Syafrizal dan Bayu pun tiba
di halaman Rektorat UNRI. Yosa yang belum hadir, ketika ditelisik rupanya ia masih
mengurus proposalnya di Kampusnya Universitas Islam Riau yang sangat jauh dari
Universitas Riau. Jam pun menunjukkan pukul 10.15 WIB, akhirnya sampai juga
Yosa yang telah ditunggu-tunggu, dan kamipun langsung berangkat menggunakan
travel yang kami sewa.
Di
perjalanan, banyak hal unik yang terjadi di dalam mobil. Salah satunya berasal
dari 2 mahasiswi Universitas Riau yang ternyata salah satunya memang tidak bisa
melakukan perjalanan jauh menggunakan mobil, Mimin namanya. Mahasiswi Fakultas
Ekonomi ini ternyata jika perjalanan jauh menggunakan mobil suka mabuk
perjalanan. Dan awal ceritanya, yang mabuk dahulu bukan Mimin, melainkan rekan
sebelah duduknya yang juga mahasiswi Fekon UNRI. Tetapi, yang lucunya, yang
duluan tumbang yakni mimin, yang banyak menghabiskan kantung plastik selama
perjalanan. Hmmm. Banyak
juga ya yang dikeluarkannya selama perjalanan.
Institut Pemerintahan Dalam Negeri Baso
Setelah
menempuh perjalanan yang cukup melelahkan sekitar 4,5 jam, akhirnya tiba di
lokasi acara yakni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Baso. Kagum, dan tidak
pernah dahulunya terpikir
akan menginjakkan kaki di Kampus IPDN ini. Di IPDN kami disambut oleh Panitia
yang juga merupakan alumni FIM sebelumnya yakni ada Galang, Vivi, dan Bang
Jalil yang ku ingat waktu itu. Ketika kami turun dari mobil, ternyata menyusul
rombongan yang datang dari Bandara Padang, pastinya dari luar Sumbar. Dan
berkenalan dengan dua orang diantaranya yakni Imron dari Semarang dan Rizky
dari Universitas Padjajaran. Setelah melakukan absen kedatangan, kamipun dibawa
ke dalam kampus untuk melakukan registrasi peserta di sekretariat panitia. Dan
disana kamipun menyerahkan segala persyaratan dari Kontrak Belajar, identitas
dan buku bacaan yang akan disumbangkan ke rumbel FIM yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Disini mulai dipisah antara yang laki-laki dan perempuan menuju penginapan.
Sesampai
di penginapan yang sangat mewah bisa dikatakan walau belum selesai 100%
pembangunannya, karena sekamar berdua, yang biasanya pelatihan-pelatihan
sebelumnya yang pernah diikuti sekamar biasanya 3-5 orang. Ketika itu aku
mendapat kamar 110 dan sekamar dengan mahasiswa Universitas Andalas (UNAND), Harly namanya. Setelah
beristirahat sejenak, kamipun berkeliling kamar berkenalan dengan satu per satu
teman-teman yang telah hadir.
Dan akhirnya ketemu dengan Zulfikar yang dahulu hadir di asrama dan telah smsan
denga dia.
Malam
pertama di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), suasana hening dan
semilir angin dingin yang berhembus sangat terasa nyaman tinggal dilingkungan
ini. Kami pun makan bersama di meja makan panjang asrama. Dan saat itu,
perkenalan antarsesama yang di awali perkenalan dari bapak asrama putra yang
bernama Sirojuddin. Ketika perkenalan, ternyata FIM 14 B ini juga mengundang
spesial tuan rumah Praja IPDN sekitar 12 orang sebagai peserta FIM, sungguh
berbeda bukan dengan FIM-FIM sebelumnya. Ketika perkenalan ternyata salah satu
Praja IPDN yang ikut sebagai peserta berasal dari Kabupaten Kampar Riau, Indra
Dwi Perkasa namanya. Sangat-sangat luar biasa memang FIM ini mempertemukan
Saudara-Sudara dekat
se-tanah
air. Yang mana sebelumnya tidak pernah kenal, jadi mengenal teman-teman se-daerah namun bersekolah dimana-mana sehingga terpisah dan tidak pernah bertemu sebelumnya.
Sambutan Luar Biasa Panitia
Setelah menyantap makan malam bersama teman-teman se-Nusantara
di asrama, saatnya malam ramah tamah dengan Panitia FIM atau keluarga
Kunang-Kunang. Agenda ramah tamah ini dilangsungkan di Aula IPDN. Ada yang
menarik dalam penyambutan panitia ini, kami dibariskan di depan pintu masuk
ruangan, peserta bertanya-tanya termasuk saya pribadi ada apa ya? Koq gak di
suruh masuk aja langsung ke dalam mesti baris dulu, itulah pikiranku waktu
malam pertama acara. Dan ketika pintu dibuka sungguh luar biasa sambutan
pertama panitia diiringi music yang ngebeat sih kata orang-orang banyak, atau
dikenal dengan music tempo cepat, panitia “berjingkrak-jingkrak” mengajak seluruh
peserta untuk “jingkrak-jingkrak”. Wooow, amazing,, itulah perasaanku saat itu.
Dalam acara ramah tamah ini, kami peserta disambut
oleh MC yang kocak deeh,, “untuk menyenangkan dua sejoli ini”, Dimas dan Putri.
Sebenarnya ibarat pemeran film “beauty and …” gak ah becanda doank... Peace…
Salam Perdamaian.
Dimas dan Putri ini memandu acara ramah tamah yang di
awali dengan sambutan dari Ketua Pelaksana dan Ayah Elmir Amien diteruskan
dengan Direktur IPDN Baso. Pada malam itu, kami dikenalkan dengan yel-yel luar
biasa ala FIM. Bunyinya, Pemuda Indonesia…!!! Dan kamipun menjawab “Aku Untuk
Bangsaku…” luar biasa emang yel-yelnya dan karena sedang berada di Bukittinggi
dan tema tambahannya “Bung Hatta Bapak Bangsaku” makanya ada yel tambahan yakni
“Bung Hatta…!!! Kata Mc, serempak kamipun menjawab dengan gerakan juga lho
“Tokoh Teladanku”. Beda dengan FIM sebelumnya bukan.?
Setelah acara ramah tamah, maka dilanjutkan dengan
pembagian kelompok coaching. Kami seluruh peserta dibagi kedalam 9 kelompok
coaching yang masing-masing dipimpin oleh seorang coach. Dan namaku termasuk
dalam kelompok 3 yang diberi nama Rohana Kudus seorang Jurnalis Wanita pertama
kalau tidak salah. Di dalam kelompok ini aku bersama, Qory, dan Hengki
(Lampung), Weffry, Rajif dan Mona (Padang), Addi dan Ricky (Palembang), Roi
Rahmat (Cirebon Kuliah di Gorontalo), Bayu (UIN Suska Riau), Rino (Riau Kuliah
di UTM), Indra D Perkasa (IPDN dari Riau), Selvia (IPDN asal Jabar), Dita
(Medan). Kami dibimbing oleh coach yang suka traveling ini yaitu Ika Pipit
(Semarang).
Pada pertemuan perdana kelompok ini, kami di dalam
kelompok masing-masing berkenalan satusama lain yang dipimpin langsung coach
Ika Pipit. Memang susah langsung kenal pada pertemuan pertama, makanya
kami perkenalan dengan cara unik berputar menyebut nama dan keunikan
masing-masing. Setelah berkenalan, maka sang coach Ika Pipit menerangkan apa
sih tujuan grup coaching ini dibentuk. Ternyata tujuannya tak lain dan tak
bukan karena kami nantinya harus menghasilkan karya sebuah social project yang
akan diperlombakan antar kelompok di hari ketiga pelaksanaan. Yang mana social
project yang akan dihasilkan tidak lari dari tema kegiatan FIM 14B ini yakni
“Kolaborasi Karya untuk Negeri”. Dan di akhir pertemuan dipilihlah Hengki
secara musyawarah mufakat layaknya Negara yang berdemokrasi tanpa anarki
sebagai ketua kelompok Rohana Kudus. Dan kamipun kembali ke asrama
masing-masing.
Istana
Bung Hatta
Hari pertama pelatihanpun tiba, Sabtu 1 Juni 2013
bertepatan dengan hari kesaktian Pancasila. Pada hari perdana ini kami akan
mengikuti Seminar Nasional “Kontribusi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
bagi Perekat Persatuan dan Kesatuan Indonesia”. Seminar ini merupakan kerjasama
dengan KOMINFO Republik Indonesia. Kamipun dimobilisasi dari IPDN Baso menuju
Istana Bung Hatta di Bukittinggi dengan Bus. Di perjalanan, ternyata
Bukittinggi sedang menyambut kedatangan pembalap sepeda Tour de Singkarak
dengan menyelenggarakan Fun Bike yang didikuti masyarakat. Sehingga kamipun
kejebak macet sekitar 30 menit di sekitaran Bukittinggi. Serasa kami disambut
oleh ribuan masyarakat Bukittinggi, Luar biasa memang FIM 14B.
Ekspektasi besar ketika berada dalam bus menuju Istana Bung Hatta, karena informasi yang
diperoleh yang akan mengisi seminar ada 2 menteri yakni menteri Komunikasi dan
Informasi Bapak Ir. Tifatul Sembiring, dan Menteri Dalam Negeri Bapak Gamawan
Fauzi, SH, MM. Serta panelis-panelis yang luar biasa seperti Taufik Ismail yang
merupakan penyair dan budayawan dan Pimred TV ONE Karni Ilyas yang dikenal dengan
Bang ONE.
Ketika seminar berlangsung, sungguh luar biasa bukan
mimpi karena ketemu dengan orang-orang yang sering muncul di layar kaca. Di
awali dengan menyanyikan Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan dilanjutkan
keynote speech dan peresmian acara dengan pemukulan tabuh minang oleh Menteri
Komunikasi dan Informasi Bapak Ir. Tifatul Sembiring.
Dan juga akhirnya saya mendengar langsung Taufik Ismail
berpuisi dihadapan kami seluruh peserta FIM dan juga beliau membawa seseorang
musisi yang selalu membawakan puisi Taufik Ismail dengan cara musikalisasi
puisi. Beliau hadir sebagai pembicara yang backgroundnya selaku budayawan.
Selama waktu yang diberikan kepada beliau, beliau hanya menghabiaskannya dengan
membacakan puisinya yang puisi pertama yang dibacanya berjudul “Rindu Pada
Stelan Jas Putih dan Pantolan Putih Bung Hatta.”
Ketika break acara, kebanyakan peserta langsung
menyerbu makanan ringan yang tersedia, namun aku dan sahabatku Syafrizal
mendekati budayawan dan penyair Taufik Ismail meminta foto bersama dan meminta
tandatangannya di puisi karyaku pribadi yang akan kuhadiahkan kepada Ayahku
tercinta. “Alhamdulillah” akhirnya terwujud berpoto dan mendapat tandatangannya
sesuai dengan impian sebelum berangkat ke Bukittinggi ini. Selain dengan Taufik
Ismail aku bersama praja IPDN pun berkesempatan berpoto bersama Bapak karni
Ilyas. Momen yang Luar biasa di Istana Bung Hatta yang hanya ada di FIM 14B. Karena
asyiknya bertemu dan ngobrol dengan orang-orang luar biasa sehingga lupa makan
snack yang disediakan panitia. Dan ternyata makan siangnya agak kelewat dari
waktunya yaitu jam 13.30 WIB. Wah akhirnya perutku pun menahan lapar sampai
waktu makan siang tiba.
Ketika makan siang pun tiba, makan dengan terburu-buru
karena dikejar waktu yang sudah molor untuk materi selanjutnya. Wah seperti
sedang dalam masa training militer rasanya karena kita di kurung dalam waktu
yang telah ditentukan. Tetapi itu yang menjadi menariknya FIM 14B ini. Dan
akhirnya kamipun pulang kembali ke asrama untuk bersiap-siap kembali agenda malam.
Materi
Bunda yang Terlewatkan
Sesampai di asrama, tidak tau kenapa kepala ini sakit
gak tertahankan. Mungkin karena makan telat tadi siang sehingga ke kepala
sakitnya karena perut dah terlanjur kosong. Akupun meminta obat kepada panitia
yang waktu itu Ari Aprilis yang merupakan alumni FIM Rescue yang juga dari
Riau. Berharap reda sakitnya ketika sudah minum obat, ternyata belum juga. Dan
akhirnya meminta izin ke panitia untuk tidak mengikuti agenda malam ini yang
ternyata diisi oleh Bunda Taty.
Sayang rasanya melewatkan materi dari seseorang yang
menjadi inspirasi di keluarga kunang-kunang ini. Dan lebih kesalnya materinya
ternyata permasalahan yang sehari-hari kita jumpai yakni rokok. Bunda
memang terkenal dengan gerakan mengkampanyekan anti rokok. Dan saya pribadi
juga tidak menyukai orang yang dengan sewenang-wenangnya merokok di kawasan
umum. Karena saya juga ingin berbagi dengan bunda pengalaman saya ketika teman
saya dapat meninggalkan kebiasaan merokoknya karena awalnya ada kesepakatan
anatara saya dan teman saya tersebut tidak boleh merokok ketika berjumpa dengan
saya. Ampuh juga ternyata. Sehingga merasa sayang sekali materi bunda
terlewatkan. Namun,
kekesalankun kini sudah diobati dengan materi seluruh pelatihan kemarin sudah
di upload di sosmed.
Siro
Bapak Asrama yang Sabar
Ada seseorang yang pertama kali mengenalkan diri
sewaktu makan malam pertama yang menarik perhatian peserta cowok pastinya. Dia
adalah Siro sang Bapak Asrama yang biasa dikatakan sabar. Karena tugasnya
sebagai bapak asrama, maka merupakan tanggungjawabnya mengkondisikan peserta
tepat waktu berada di ruang pelatihan. Sehingga setiap subuh, Siro berkeliling
dari 1 pintu kamar ke pintu kamar lainnya membangunkan peserta. Sekali
berkeliling lebih dari 3, 4 atau bahkan 5 kali keliling asrama dia membangunkan
peserta. Merasa bersalah juga sih ketika dengar sudah dibangukan dan dengan
sengaja masih pura-pura tidur. Maaf ya Siro…
Dan yang unik sebenarnya adalah cara dia membangukan
kami. Terkadang menggunakan gallon air dia tabuh sambil berkeliling dan
menyuarakan subuh… subuh… subuh… memang bertanggungjawab sekali Siro ini dengan
amanah yang diembannya sebagai Bapak asrama. Walaupun sudah dibangunkan dengan
galonpun masih banyak juga peserta yang telat-telat bersiap-siap melakukan aktivitas
pagi hari. Oleh karena kesabarannya itu, kami peserta cowok
membubuhkan testimoni diselembar karton yang akan kami hadiahkan kepada Siro
bapak asrama yang paling sabar....
tO be Continue...
Penasaran dengan cerita lanjutannya khan...
nantikan untuk kisah selanjutnya di Buku Antologi Negeri Kunang-Kunang
and the next part...
ari ada yg aku bingung di artikel kamu ini. maksudnya Roi Rahmat (Cirebon Kuliah di Gorontalo) apa ya ? jehehehehe
BalasHapus